Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) kembali membuka pembelajaran tatap muka bagi mahasiswa di kampus dengan menerapkan pembelajaran hybrid, yaitu mengkombinasikan pembelajaran secara online maupun offline. Pembelajaran ini diharapkan mampu meningkatkan ketercapaian learning goal dan learning outcomes.
Metode pembelajaran hybrid ini diyakini lebih sesuai untuk meningkatkan soft skill mahasiswa karena interaksi dan komunikasi dapat dilakukan secara langsung. Hal itu sebagai perwujudan dari experiential learning yang menjadi landasan utama sistem pembelajaran di SBM selama ini. SBM ITB membuka 31 mata kuliah dengan penyediaan fasilitas belajar hybrid, yakni berupa 2 kelas besar untuk Prodi MBA Bandung,1 kelas besar untuk MBA Jakarta, dan 3 kelas untuk program studi sarjana.
Wakil Dekan SBM ITB Bidang Akademik, Prof. Aurik Gustomo mengatakan, metode pembelajaran hybrid telah diujicobakan pada dua minggu pertama Juni 2021 dan terus diperbaiki di penerapan saat ini. Jumlah mahasiswa yang mengikuti luring dibatasi maksimal 30 persen dari kapasitas kelas. SBM ITB berusaha seefektif mungkin membuat pembelajaran luring dan daring ini bermakna bagi mahasiswa.
“Dengan segala persiapan yang ada, mahasiswa dan seluruh civitas diharapkan agar lebih agile dan mampu beradaptasi dengan metode pembelajaran dinamis yang baru. Dari pihak SBM pun terus berusaha mengoptimalisasi pembelajaran online dan offline secara bertahap agar dapat menjadi ekosistem pembelajaran terbaik bagi semua,” kata Aurik.
Untuk kedepannya, SBM ITB berharap dapat terus mengembangkan metode pembelajaran agar dapat mengasah mahasiswa menjadi innovative leader dengan metoda experencial learning. Adapun metode pembelajaran baru yang telah SBM ITB terapkan adalah lewat gamification, online roleplay dan lain-lain yang dikembangkan salah satu laboratorium di SBM yaitu Laboratory for Educational Games (LEG). Tidak hanya itu, masih banyak fasilitas lain yang sedang dipersiapkan di tengah pandemi sekarang agar dapat menjadi kampus dengan lingkungan akademis internasional dan berbasis ekosistem teknologi sebagai ciri khas ITB.
Dikatakan Aurik, pembelajaran tatap muka dilakukan dengan tetap menjaga standar pembelajaran yang aman bagi semua pihak. Kegiatan perkuliahan juga tetap mengedepankan protokol kesehatan sesuai pedoman dari Sekretaris Institut ITB. Beberapa alat penunjang protocol kesehatan disediakan, seperti thermal scanning, tempat mencuci tangan, hand sanitizer, face shield, sarung tangan, disinfektan hingga masker.
SBM ITB juga menetapkan aturan bagi dosen dan mahasiswa yang diperbolehkan mengikuti pembelajaran secara luring, seperti tempat tinggal berada di lokasi status hijau Covid-19 yang dicek melalui aplikasi peduli-lindungi. Selain itu, dosen dan mahasiswa diminta tiidak menggunakan kendaraan umum dan berada dalam kondisi benar-benar sehat. Hal ini karena SBM ITB memandang bahwa dosen, tenaga didik dan mahasiswa adalah insan-insan aset masa depan bangsa sehingga mendapatkan priotitas perlindungan terhadap kesehatan dan keselamatannya.
Mengingat dinamisnya angka infection rate di berbagai daerah di Indonesia, maka sifat pembelajaran hybrid ini juga akan dinamis. Pelaksanaan dan pemberhentian kegiatan pembelajran luring tergantung dari hasil observasi kondisi pandemi.