Dalam dunia bisnis, kemampuan untuk berkomunikasi, berinteraksi, membangun dan menjaga hubungan dengan orang lain merupakan hal yang krusial. Dimana dalam dinamikanya, setiap orang dalam perusahaan dituntut untuk dapat memecahkan masalah, menyatukan ide, membangun kepercayaan, membuat tim menjadi solid hingga meredam konflik. Tanpa adanya interpersonal skill yang baik, perusahaan mungkin akan kesulitan dalam membentuk perencanaan, melakukan eksekusi sampai pada memahami dan memenangkan pasar.

Salah satu skill yang bisa kita pelajari adalah konsep umpan balik. Dalam kelas virtual SBM ITB, Selasa (5/10/2021), Content Writer and Communication Leader Solubis Imelia M. Santoso, menyebutkan bahwa umpan balik adalah bentuk komunikasi yang cukup krusial demi perkembangan diri maupun perusahaan.

“Kita bisa evaluasi mengenai efektifitas dan efisiensi dari pesan yang kita sampaikan melalui umpan balik. Hal ini bertujuan untuk menghidari kesalahan masa lalu, menjaga jalannya obrolan, pengembangan bahkan berakhir pada kolaborasi,” tutur Senior Content Writer di Cavlent dan Cerdik Indonesia-Pikiran Rakyat Media Network tersebut.

Secara kasat mata, feedback merupakan sebuah respon dari atau jawaban dari pesan yang disampaikan baik itu berupa lisan maupun tulisan. Namun, jika ditelisik lebih dalam, kata-kata yang terucap hanyalah sebagian kecil daripada umpan balik. Di dalamnya juga mencakup nada suara, kontak mata, gesture, ekspresi dan lain sebagainya. Umumnya orang membaginya ke dalam pengertian verbal dan non-verbal feedback.

Umumnya umpan balik dapat dikategorikan ke dalam 4 jenis

  1. Umpan balik positive. Umpan balik yang positif bisa mengkonfirmasi pesan yang kita sampaikan. Jika itu berupa produk, umpan balik positif juga bisa dipahami sebagai suatu pembuktian keselarasan nilai produk yang kita tawarkan. Hanya saja, umpan balik positif ini juga belum tentu sepenuhnya baik karena berpotensi membuat kita lupa untuk bertumbuh.
  2. Umpan balik negative. Umpan balik yang negatif muncul dengan kesan kesan yang kurang mengenakkan. Bahkan terkadang bisa saja menyakiti, membahayakan, merendahkan ataupun memalukan. Dengan demikian, kita harus sepenuhnya sadar bagaimana caranya merespon umpan balik jenis ini.
  3. Umpan balik natural. Umpan balik jenis ini lebih bersifat evaluatif karena lebih berfokus pada informaso masa lampau hingga saat ini. Bertujuan untuk evaluative.
  4. Umpan balik masa depan. Jenis masukan yang terakhir ini lebih berfokus pada masa depan. Dimana kita disuguhkan dengan dengan masukan yang baru, membangun ataupun menghindari kesalahan-kesalahan yang ada di masa lalu.

Dari sisi marketing sendiri, umpan balik sangatlah krusial untuk kepentingan bisnis. Imelia yang juga seorang FTV main drafter for Indosiar TV Programms menyebutkan semua gerakan marketing perusahaan bisa terencana dengan baik apabila perusahaan mendapatkan feedback dan mampu mengelolanya dengan baik.

Tips dalam menghadapi umpan balik

Secara praksis, Imelia memberikan tips untuk menghadapi dan bagaimana caranya untuk menyampaikan tanggapan. Inti dalam merespon umpan balik adalah emosi, baik itu marah, sedih senang ataupun yang lainnya. Sebagai contoh, saat ekspektasi kita tidak sesuai dengan apa yang kita dapatkan dari seseorang, kita mungkin saja merasa kecewa.

“Tipsnya adalah dengan menjadi komunikator yang memiliki skill komunikasi yang baik. Bisa dikatakan seperti seni mengelola dan menampilkan diri kita sendiri pada orang lain. Kita sebisa mungkin memisahkan permasalahan emosi yang ada dalam diri kita, sadar saat memberikan tanggapan dan pilih yang terbaik untuk meresponnya,” tutup mantan Public Relation di PT PLN Enjiniring ini.

Apakah kamu suka dari cerita ini? Yuk cari tahu info lainnya di akun Instagram kami @SBMitbofficial. Mari jadi bagian dari keluaga besar SBM ITB!

Kontributor: Erwin Josua, EMBA 2021