ITB berbangga dengan memiliki tokoh Prof. Ir. Togar M. Simatupang, M.Tech., Ph.D., IPU sebagai akademisi yang memiliki keahlian utama bidang sistem rantai pasokan. Sistem rantai pasokan ini merupakan tulang pungung manajemen operasi di setiap perusahaan. Dengan optimalnya rantai pasokan, perusahaan dapat memaksimalkan pengembangan, pengadaan, produksi, dan distribusi produk atau jasa kepada konsumen secara efektif dan efisien.
Togar dikenal sebagai salah satu profesor yang banyak mendapatkan penghargaan terhadap berbagai riset akademiknya mulai dari penerima penghargaan Emerald Literati Network Award tahun 2006, Endeavour Award dari Pemerintah Australia pada tahun 2008, masuk ke dalam jajaran Ilmuwan Top di Indonesia berdasarkan Google Scholar, Peneliti Berprestasi ITB pada tahun 2015, dan penghargaan-penghargaan bergengsi lainnya.
Terinspirasi dari berbagai biografi alumni ITB seperti Soekarno sebagai bapak pendiri bangsa, Djuanda Kartawidjaja dengan gagasan kedaulatan maritim Indonesia, Iskandar Alisjahbana sebagai Bapak sistem komunikasi satelit domestik Palapa, Anang Zaini Gani sebagai perancang jaringan pos di Indonesia dan lainnya, Togar pun tergerak untuk terus mengembangkan sains dan teknologi yang dapat memandu dan menginspirasi perubahan yang mencerdaskan kehidupan bangsa Indonesia. Togar telah secara luas dikenal dengan berbagai prakarsa secara nasional antara lain keterlibatan dalam pengembangan ekonomi kreatif, pendidikan kewirausahaan, sistem rantai pasok ikan nasional, model kolaborasi rantai pasokan, sampai pada sistem pangan.
“Hidup itu bukan hanya soal mencari nafkah. Jangan terpesona menjadi orang yang medioker! Jadilah orang yang punya visi untuk berkontribusi bagi masyarakat. Terus mau belajar untuk menambah kapabilitas agar dapat memberikan dampak bagi bangsa dan negara” tutur lulusan Massey University, New Zealand dan MIT Sloan School of Management itu.
Sisi Lain Menjadi Ambisius
Profesor Togar pun tidak memungkiri, bahwa perjalanannya menjadi seorang profesor di usia 40 tahun tidaklah diraih dengan mudah. Perlu dedikasi tinggi, pemanfaatan waktu yang ketat, dan pengorbanan lainnya yang perlu dilalui dengan kesabaran.
“Secara umum, terdapat beberapa tantangan yang saya rasakan dalam perjalanan karier saya. Pertama harus ada hasrat di dalam diri sendiri untuk menguasai bidang tertentu. Di awal, saya memilih mau jadi pakar di bidang manajemen rantai pasokan karena Indonesia memerlukan pengembangan rantai pasokan dan terbatasnya ahli pada 90-an,” kata pria kelahiran Pematang Siantar ini.
Tantangan kedua yakni interaksi sosial. Kita mengembangkan modal sosial melalui persahabatan dan penelitian bersama dengan kolega dari dalam dan luar negeri. Togar selalu meninjau dan mecoba menyelesaikan masalah yang muncul dari pengajaran, pertanyaan dari kolega, isu-isu bisnis, hingga pertanyaan-pertanyaan yang muncul dalam berbagai seminar.
Karena keinginan kuatnya untuk membangun Indonesia, terkadang dia mengalami rasa lelah secara emosional atau burn-out. Namun karena ada sistem dukungan dalam komunitas dan dari keluarga yang sangat membangun, Togar dapat menyalurkan tekanan dengan menata ulang kembali baik jadwal maupun prioritas pekerjaan. Togar juga merasa bahagia dapat menjadi bagian dari ekosistem akademik yang dinamis seperti ITB. Di sela-sela padatnya kegiatan, dia sering bertukar cerita dan pengalaman dengan kolega dan para mahasiswanya.
Selain terus membangun ITB dan menjawab persoalan bangsa, Togar pun mengabdikan diri di luar kampus dalam berbagai kesempatan, seperti menjadi Asesor Badan Akreditasi Nasional Perguruan Tinggi, Dewan Redaksi Jurnal Internasional Bereputasi (JIB), penelaah sejawat jurnal internasional, Pengurus Ikatan Alumni ITB (IA-ITB), Dewan Penasihat Chartered Institute of Logistics and Transport (CILT) Indonesia, hingga menjadi Rektor Institut Teknologi Del (IT Del) 2016-2021 di Laguboti Provinsi Sumatera Utara.
Di akhir pertemuan, beliau menyampaikan pesan berharga bagi mahasiswa, kolega, alumni hingga masyarakat. “Tidak perlu alergi dalam menghadapi tantangan, kita perlu merencanakan dan mempersiapkan dengan baik. Kalau kita gagal merencanakan, berati kita berencana untuk gagal.” tutup Togar.
Informasi lanjutan: https://id.wikipedia.org/wiki/Togar_Mangihut_Simatupang