MBA ITB mengundang Ranggakesi Kardin, S.H., MBA sebagai Business Development dari bisnis keluarga CV. T. Kardin Pisau Indonesia untuk menjelaskan proses perencanaan untuk mencapai kesuksesan dalam bisnis keluarga. Sebagai bisnis keluarga yang sudah berjalan selama lebih dari dua dekade, CV. T. Kardin Pisau Indonesia memiliki pengalaman yang sangat menarik dan panjang dalam perencanaan bisnis agar mencapai kesuksesan, mengingat posisinya sebagai pelopor pembuatan pisau modern di Indonesia.
“Dikarenakan succession planning merupakan suatu proses, maka diperlukan review secara berkala agar tetap relevan dengan trend dalam industri tersebut,” ujar Rangga.
Memulai presentasinya dengan memberikan pengetahuan mengenai perusahaan CV. T. Kardin Pisau Indonesia, Rangga menceritakan sejarah berdiri, kelebihan, dan juga konflik yang pernah ataupun sedang dialami oleh perusahaan produsen pisau secara manual yang didirikan oleh Teddy S Kardin pada 1992 ini. Rangga bercerita, karena bentuk perusahaan yang merupakan bisnis keluarga, perusahaan dijalankan dengan tata kelola yang informal, sehingga riset pasar kurang dilakukan dan sangat mengandalkan figur founder dalam memasarkan produk.
Bisnis keluarga, menurut rangga memiliki ciri khas adanya konsentrasi permodalan di tangan satu orang atau satu keluarga pemilik dengan sejumlah anggota keluarga lainnya terlibat dalam manajemen operasional. Peran keluarga, bisnis, dan kepemilikan dalam hal bisnis keluarga sering kali menjadi sebuah hal yang sentimentil dan kompleks, terutama pendiri yang tentu sangat sulit untuk menerima ide orang lain.
Untuk menggambarkan hal ini lebih jelas, Rangga memberikan model tiga lingkaran yang menunjukan identitas yang berbeda dari anggota keluarga yang seringkali tidak disadari dan berakhir pada konflik. Konflik ini juga dirasakan oleh CV. T. Kardin Pisau Indonesia pada 2015 ketika perusahaan mengalami permasalahan stagnan dalam inovasi desain, keputusan bisnis yang salah, dan manajemen yang tidak efisien. Selain itu, dari pihak luar juga muncul produsen pisau lain dengan harga lebih bersaing dengan desain yang lebih inovatif.
Oleh sebab itu, dengan kesempatan penggemar pisau di Indonesia yang sedang meningkat, anggaran Industri Pertahanan yang cenderung meningkat pertahunnya, dan potensi pasar di Amerika Serikat yang belum tereksplorasi dengan maksimal, CV. T. Kardin Pisau Indonesia membuat rencana agar bisnis sukses untuk mengoptimalkan potensi-potensi yang ada demi keberlanjutan perusahaan.
Pada tahun yang sama, Agustus, T. Kardin Pisau Indonesia menjalankan strateginya dengan mengkombinasikan sumber daya manusia, inovasi, dan teknologi baru. Selain itu, membuat visi misi dan tujuan rencana jangka pendek dan jangka panjang dengan cara memperbaiki standar operasional perusahaan dan tata kelola perusahaan secara bertahap. Perusahaan juga mengidentifikasi ancaman, kesempatan, kelemahan dan kelebihan (TOWS) perusahaan dan menerapkan TOWS Generic Strategy untuk mempertahankan eksistensinya di dunia persenjataan Indonesia.
Menutup presentasinya dengan cerita kesuksesan CV. T. Kardin Pisau Indonesia melalui masa terpuruknya, Rangga menegaskan bahwa rencana untuk mencapai kesuksesan merupakan proses untuk mendapatkan kepercayaan dari pendiri dengan memberikan manfaat kepada pendiri, perusahaan dan konsumen sehingga transisi perusahaan bisa berjalan stabil dan tetap menyediakan produk bahkan meningkatkan kualitas produk untuk konsumen.