Dalam berbisnis, selalu ada risiko yang menyertai setiap langkah yang diambil. Namun, dibalik risiko tersebut, terdapat pula potensi dan peluang yang mungkin didapat jika kita mampu menangani risiko tersebut dengan baik. SBM ITB mengundang CEO dari Yukbisnis Indonesia, Muhammad Salman Alfarisy, untuk membahas bagaimana strategi menghadapi risiko bisnis dalam sesi Guest Lecture mata kuliah MK3101, Business Risk Analysis, pada (18/3/2022).
Strategi yang diperkenalkan Salman dalam menghadapi risiko bisnis yaitu membangun ekosistem bisnis mandiri yang kuat. Menurutnya, jika kita menggunakan ekosistem orang lain, maka pengambilan keputusan dalam bisnis kita akan sangat bergantung pada hal-hal diluar kontrol kita sebagai pemilik bisnis. Salman menyebut bisnis logistik sebagai contoh. Perusahaan marketplace dapat menggerus perusahaan raksasa logistik Indonesia dengan memperkuat ekosistem mereka sendiri melalui penambahan unit bisnis pengantaran barang. Dengan begitu, mereka meminimalisasi risiko dengan tidak bergantung pada perusahaan lain untuk logistiknya, sekaligus menambah pendapatan.
Ada dua variabel utama yang perlu diperhatikan untuk dapat membangun ekosistem mandiri, yaitu Five Porters Analysis dan Business Model Canvas. Dua variabel ini dipilih karena dianggap paling mampu menggambarkan kondisi bisnis yang sedang dijalankan. Five Porters Analysis dapat membantu mengidentifikasi keadaan industri, mulai dari kompetitor, supplier, hingga konsumen, sementara Business Model Canvas berguna untuk menghasilkan value preposition yang dapat dijadikan dasar strategi positioning.
Meskipun telah mengimplementasikan strategi ekosistem bisnis dengan baik, Salman menambahkan bahwa kemungkinan risiko tidak akan sepenuhnya teratasi. “Risiko akan selalu ada jika kita ingin memanfaatkan peluang, oleh karena itu penting untuk membangun mental yang kuat dan pola pikir yang mampu mengukur dan berani mengambil risiko sesuai kemampuan,” kata Salman.
Hal ini ibarat bermain dart. Ketika kita menargetkan satu titik di papan panahnya, mungkin akan meleset, terlalu ke kanan, kurang tenaga sehingga tidak sampai, atau terlalu keatas. Hal ini wajar. Tidak masalah ketika tidak mencapai target, yang penting pebisnis tahu letak kesalahannya sehingga bisa mencoba lagi dan lagi. Dari pengulangan-pengulangan ini, kita jadi tahu apa yang harus dikoreksi sehingga kedepannya lebih baik.