Jakarta Internasional Stadium mulai diperkenalkan kepada publik beberapa waktu yang lalu. Stadium yang memiliki standar dan kualitas internasional ini akan segera diselesaikan pada akhir Maret tahun ini. Sebagai salah satu bentuk soft opening, Jakarta Propertindo bekerja sama dengan dengan Sekolah Arsitektur ITB mengadakan webinar yang diselenggarakan secara virtual pada hari Kamis (17/3/2022). Dengan judul “Tata Kelola dan Pengembangan Proyek Konstruksi (Studi Kasus Proyek Jakarta International Stadium)”, penyelenggara menghadirkan Managing Director at Pandega Desain Weharima (PDW Architects), Prasetyo Adi, Project Manager di PT Jakarta Propertindo (Perseroda), Arry Wibowo and Assistant Professor at School of Business and Management ITB, Raden Aswin Rahadi.
Prasetyo Adi yang kerap disapa Tiyok ini menyatakan bahwa Jakarta Internasional Stadium ini tidak sekadar dirancang untuk menjadi sebuah stadion yang memfasilitasi pertandingan sepakbola. Namun juga memberikan nilai tambah yakni stadion yang dapat digunakan untuk konser musik, maupun kegiatan besar seperti kampanye akbar. Selain itu, kawasan ini dirancang memiliki ruang publik yang bertujuan menumbuhkan interaksi warga sekitar kawasan. Stadion ini juga dilengkapidengan retail-retail yang tidak hanya buka saat pertandingan sehingga keuntungan yang didapat juga bisa membantu biaya operasional stadion.
“Secara arsitektural, semua konsep dibuat menyesuaikan dengan standar internasional. Hal tersebut kita coba persiapkan agar Indonesia memiliki fasilitas yang mumpuni jika nanti akan menyelenggarakan piala dunia. Rumputnya pun hybrid seperti yang dipergunakan oleh liga eropa. Dimana terdiri dari tanah, pasir, rumput artifisial, rumput alami yang tumbuh di sela sela rumput sintetis dan masih banyak lapisan detil lainnya.” tutur pria yang telah berptaktek profesi arsitektur dari tahun 94 ini.
Dilanjutkan oleh Arry Wibowo, sebagai Project Manager di PT Jakarta Propertindo yang mendapat penugasan dari Gubernur DKI Jakarta. Arry mengatakan bahwa JIS sudah masuk ke dalam tahap terakhir dalam pembuatan yakni tahap penyelesaian. Dimana fitur unggulan seperti kapasitas sebesar 82.000 orang sesuai standar FIFA, atap buka tutup (retractable roof), stadium multifungsi, Sertifikasi Greenship Platinum, fasilitas sky viewing deck & sky catwalk, perforated fasade dengan pencahayaan dramatis, ramah difabel, terintegrasi dengan moda sarana angkutan umum masal (BRT, KRL, LRT, MRT), one stop & entertainment, smart stadium dan lainnya dapat sesegera mungkin dirasakan oleh masyarakat bulan maret tahun ini.
“Kami bersyukur dan berharap penyertaan dana anggaran dari dukungan penyertaan modal daerah hingga menjadi asset bagi pihak terkait dapat menjadi fasilitas olahraga terpadu yang di dalamnya terdapat stadion olahraga bertaraf internasional beserta fasilitas pendukungnya. Kawasan terintegrasi dengan sarana angkutan umum massal, fasilitas kegiatan campuran dan ruang terbuka hijau,” tutur Arry.
Raden Aswin Rahadi concluded this webinar with his perspectives that lead to problem-solving once the stadium construction is completed. He stated that property success could only be achieved with consistency among various stakeholders and a significant combination of several production factors.
“It is undeniable that location matters. If the location is good, the project’s assets will produce the best results. However, new research suggests that location and site selection can turn the circumstances around. If the functions produced are excessive, they tend to fail,” said the man who won the ITB Global Top Business and Management Researcher award.
According to Aswin, location is only one of the supporting factors in designing development projects from an economic perspective. Several factors must be considered today, including location and competitive properties, current and future market expansion patterns, economic growth within the market, regulatory and legal issues, site characteristics, special location conditions, cultural views, and trends.
He closed the presentation by reminding that the feasibility study is not certain. We can use the objective achievement of fulfilment and participation of all participants as a success metric.
Di akhir webinar, terdapat paparan dari Raden Aswin Rahadi. Aswin melengkapi webinar ini lewat pandangannya yang mengarah pada penyelesaian masalah usai selesainya pembangunan stadium. Dia menyebutkan bahwa kesuksesan dari properti hanya dapat dicapai dengan kesinambungan antara berbagai pemangku kepentingan berikut kombinasi signifikan dari beberapa faktor produksi.
“Tidak dapat dipungkiri bahwa lokasi itu penting. Dimana apabila lokasi tu bagus maka aset dari projek yang dibuat akan membuahkan hasil yang maksimal. Tetapi menurut penelitian yang baru, lokasi and site selection justru bisa membalikkan keadaan. Dimana fungsi yang dihasilkan justru berlebihan sehingga berkecenderungan untuk tidak berhasil,” tutur pria peraih ITB Global Top Business and Management Researcher.
Aswin pun mengatakan bahwa dari sudut pandang ekonomi, lokasi merupakan hanya sebagai salah satu faktor pendukung dalam perancangan projek pembangunan. Adapun hari ini, beberapa faktor yang harus dilihat adalah lokasi dan kompetitif properti, current and future market expansion patterns, economic growth within market, regulatory and legal issues, site characteristic, special location condition, cultural view hingga trends.
Ditutup dengan wejangan mengenai kewaspadaan bahwa feasibility study itu bukanlah sebuah kepastian. Pencapaian yang objektif terhadap pemenuhan maupun keterlibatan semua partisipan adalah hal yang bisa kita jadikan patokan sebagai suatu keberhasilan.