Salah satu permasalahan yang dialami negara berkembang adalah sampah. Tidak terkecuali dengan Indonesia, dimana penanganan, penanggulangan dan pengurangan sampah di setiap kota masih bisa dikatakan pekerjaan rumah besar. Lalu, bagaimana caranya agar kita bisa keluar dari sekelumit permasalahan ini? Sebagai sebuah solusi, Sunarti mencari solusi lewat riset disertasi doktoral di SBM ITB yang disampaikan pada Selasa (17/5/2022)
Sunarti menyebutkan bahwa pada dasarnya ada beberapa masalah yang dapat teridentifikasi dalam menejemen sampah di rumah tangga. Pertama adalah komunikasi buruk yang menyebabkan jarak antara kesadaran dan tindakan. Kedua, intervensi temporer yang menyebabkan perubahan perilaku sementara. Terakhir adalah kurangnya keterlibatan aktif masyarakat yang disebabkan pada minimnya nilai-nilai kebaikan yang dimiliki bersama.
Masalah sampah adalah masalah tanggung jawab individu dan tanggung jawab sosial. Dengan demikian, perlu adanya faktor-faktor pendukung yang dapat menyelesaikan masalah tersebut. “Solusi yang bisa dipergunakan adalah intervensi jangka panjang lewat pembelajaran sosial yang berkelanjutan, pembelajaran yang berulang, pembelajaran menejemen yang mendukung dan memberdayakan serta penerapan pengetahuan pada komunitas-komunitas yang ada di masyarakat,” ujar Sunarti.
Diharapkan dengan adanya penerapan solusi tersebut dalam komunitas, dapat meningkatkan kesadaran hingga perubahan pola perilaku masyarakat terhadap pengelolaan sampah yang menjadi problem bersama. Dialog dan fasilitas pendukung pun menjadi faktor utama masyarakat untuk mempraktekkan menejemen sampah rumah tangga. Dengan praktek, orang akan lebih memahami fungsi dan tujuannya. Setelah nilai-nilai itu tertanam, akan muncul keinginan dalam diri untuk mengelola sampah. Hingga pada akhirnya tersbentuklah perilaku baru sesuai dengan yang diharapkan.
Sementara, untuk mengubah perilaku secara nyata, fasilitator perlu mempertimbangkan dua faktor yang ada dalam manusia. Dari sisi Internal, perlu ada kesadaran terhadap polusi dan bencana, nilai-nilai internal dan sosial, tanggungjawab individu dan sosial. Sedangkan dari sisi eksternal sistem pengambilan sampah dari rumah ke rumah, pengelolaan sampah di kelurahan, fasilitas yang menguntungkan dari daur ulang sampah.
“Secara singkat, elemen penting yang dapat mempengaruhi jalannya program edukasi menejemen sampah adalah kesiapan kognitif dan afeksi dari para pemangku kepentingan, adanya fasilitas pendukung serta kesiapan dalam penerapan sistem,” tutur Sunarti.
Andil Pemerintah Sebagai Pemberi Pengaruh
Pada dasarnya, pihak pemerintah memiliki andil penting dalam pembelajaran menejemen sampah rumah tangga. Peran fasilitator yang bisa berinteraksi dan dekat dengan masyarakat dalam pembentukan perilaku ini sangatlah krusial. Jadi absennya pemerintah dalam program ini justru akan menurunkan efektifitas program karena pemerintah pada dasarnya bisa memberikan pengaruh positif terhadap masyarakat.
Namun, perlu diingat dan digaris bawahi kembali bahwa pihak pemerintahan yang dimaksud disini tidak hanya mencakup pejabat tinggi pusat atau daerah, tetapi juga ketua lingkungan seperti Rukun Tetangga (RT), Rukun Warga (RW), Kelurahan, Kecamatan yang memiliki kedekatan lebih dengan masyarakat. Juga bisa dinas dinas terkait seperti dinas lingkungan hidup ataupun dinas lain yang memiliki kompetensi dan mampu memfasilitasi program ini.
Dikatakan SUnarti, masyarakat Indonesia memiliki karakteristik yang komunal, dimana pembelajaran manajemen sampah akan lebih berdampak positif lewat dukungan dan jalinan kepercayaan dari satu individu kepada individu lainnya. Selain itu juga, karakter komunal ini akan mempermudah orang dalam melakukan kegiatan menejemen sampah rumah tangga lewat kerjabakti dan pemberdayaan komunitas-komunitas kecil seperti komunitas ibu-ibu pemberdayaan kesejahteraan keluarga (PKK).
https://www.youtube.com/watch?v=OPsWaUlpy38&feature=youtu.be.