Membangun reputasi suatu organisasi di mata publik tidak dibangun sendiri. Perlu adanya koordinasi dan komunikasi yang baik oleh setiap komponen di dalamnya. Dengan adanya kesadaran tentang pentingnya reputasi ini, maka ITB melakukan pelatihan marketing dan komunikasi pada para tenaga didiknya secara virtual, Friday (1/7/2022). Para arasumber adalah praktisi yang kompeten di bidangnya, yaitu Direktur Komunikasi dan Alumni SBM ITB, Dr. Nurlaela Arief, MBA. MIPR, Manajer Pembembangan Bisnis SBM ITB Kampus Jakarta, Gita Fajar Petala Mega, M.Kom dan Manajer Marketing Komunikasi dan Penerimaan SBM ITB, Margareth Tobing, MBA.
Acara ini dibuka oleh pemaparan dari Rektor ITB, Prof. Ir. N. R. Reini Djuhraeni Wirahadikusumah, MSCE, PhD. Dia menuturkan bahwa walaupun amanat Undang-undang sudah dijalankan dengan baik, ITB tetap perlu mengkomunikasikan setiap kegiatannya pada masyarakat. Hal tersebut dilakukan demi menjaga reputasi positif ITB sebagai institusi yang berkualitas, akuntabel, terjangkau, mensejahterakan.
“Kita harus bisa meyakinkan bahwa kinerja tiap komponen dalam ITB menghasilkan jaminan mutu yang dapat menjadi penyelesai masalah yang dialami oleh bangsa kita. Komitmen ini harus terus dikomunikasikan pada publik agar diketahui oleh para pemangku kepentingan. Dengan demikian, diharapkan kita semua dapat bekerjasama untuk mencapai kepentingan masyarakat luas,” tutur Rektor ITB.
Dr. Nurlaela Arief, MBA. MIPR pun melanjutkan paparan tersebut dengan penjelasan pentingnya marketing dan komunikasi. Dia menuturkan bahwa reputasi adalah hal yang sangat rapuh. Citra yang dibangun ratusan tahun bisa hancur dalam waktu yang sekejab. Dalam kasus tertentu citra tersebut bisa kembali pulih dalam waktu yang sangat lama dan kerja keras oleh berbagai pihak. Dalam kasus lainnya, citra tersebut bisa saja tidak kembali utuh seperti sedia kala.
“Mengingat begitu rapuh dan sensitifnya reputasi seseorang atau suatu insitusi, maka dari itu kita semua perlu menjadi pembawa reputasi bagi ITB. Tugas tersebut tidak diemban hanya dalam posisi jabatan saja, tetapi harus dioptimalisasi oleh seluruh komponen di dalamnya,” tutur Nurlaela.
Untuk menjalankan amanat yang ada, Gita Fajar Petala Mega, M.Kom, menceritakan pengalamannya dalam memaksimalkan dan membuat agenda publik SBM ITB yang ditarget secara efektif.
“SBM ITB sendiri selama ini terus memaksimalkan komunikasi kegiatan yang kami lakukan. Mulai dari pendekatan langsung lewat gerai di mall, kunjungan perusahaan, kuliah dengan dosen tamu, mengadakan berbagai pertemuan, mengangkat persona dan pencapaian segenap civitas hingga mengadakan seminar internasional serta infosession,” tutur Gita.
Pelatihan ditutup oleh Margareth Tobing, MBA. yang memberikan pengalaman SBM dalam penggunaan peralatan untuk memproduksi konten yang berkualitas serta hasil akhir yang dicapai. Margareth Tobing, MBA. menjelaskan bahwa SBM sendiri telah memaksimalkan penggunaan setiap channel untuk menjangkau publik. Mulai dari situs resmi, sosial media, iklan berbayar, chat bot dan lain sebagainya.
“Selain dipergunakan, kita pun menggunakan perangkat lunak dan analisa big data secara komperhensif. Dengan demikian, diharapkan konten yang dibuat dapat mengisi jarak antara institusi dan membangun relasi dengan masyarakat,” tutur Margareth.