Pada Selasa (04/10/2022), Fina Silmi Febriyani, Co-Founder dan CEO Vokraf turut mengisi kuliah tamu dalam mata kuliah Business Model di Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung. Ia berbagi implementasi bisnis model yang diterapkan di Vokraf, platform edukasi online untuk talenta muda dengan keahlian industri kreatif.
Dalam kuliahnya, Fina memaparkan business model canvas, fleksibilitas dalam bisnis, kolaborator Vokraf, dan timestamp. Menurut Fina, business model canvas masih menjadi pilihan terbaik untuk memetakan rencana bisnis yang ingin dibangun.
Namun selain terencana, penting untuk memiliki fleksibilitas dalam bisnis. Dunia berubah dengan cepat. Begitu pula dengan tren pasar. “Biasanya, bisnis tidak bisa langsung berhasil dalam satu kali planning,” ujar Fina. “Mungkin sekali harus berganti-ganti business model canvas dan pivoting. Oleh sebab itu penting untuk memiliki fleksibilitas dalam bisnis.”
Vokraf sendiri melakukan pivot. Pada mulanya Vokraf berbentuk business to consumer (B2C), namun hasilnya kurang maksimal. Setelah pivot ke model business to government (B2G) dan business to business (B2B), Vokraf dengan cepat tumbuh.
Kini Vokraf telah melayani lebih dari 120 ribu peserta di Indonesia. Setelah pivot, jumlah user Vokraf bertumbuh sekitar sepuluh kali lipat pada September 2020. Selain itu, Vokraf juga telah memiliki banyak kolaborator.
Vokraf adalah platform edukasi online yang berfokus untuk meningkatkan kemampuan talenta muda. Sebab banyak kompetensi dan keahlian yang dibutuhkan industri kreatif, yang sedang berkembang pesat.
Dalam kuliahnya, Fina juga bercerita sedikit mengenai motivasinya membangun bisnis di bidang edukasi.
“Kita yang tinggal di Jakarta, Bandung, atau kota besar lain sebenarnya adalah minoritas. Mayoritas orang Indonesia berada di skala ekonomi menengah ke bawah, dan kesulitan mendapatkan akses pendidikan yang layak,” ujar Fina. “Masalah tersebut kerap ikut dalam agenda perbaikan yang perlu dilakukan pemerintah, dan selalu ada anggaran untuk itu. Itu juga menjadi salah satu alasan mengapa kita melakukan pivot dari B2C to B2G.”
Kontributor: Hadiyanti Ainun Atika, YP MBA 2021