SBM ITB membuat loka karya bertopik Pengembangan Institusi Pendidikan ke Arah Tata Kelola Organisasi Berdasarkan Lingkungan dan Sosial pada Rabu (26/10/2022). Topik itu diusung karena adanya perubahan paradigma, yang tadinya perusahaan cukup menjalankan program tanggungjawab social dan lingkungan perusahaan (CSR), menjadi perusahaan yang harus mengelola organisasi berdasarkan lingkungan, sosial dan governance (ESG).
Acara ini ditujukan untuk mengembangkan pola kerja SBM ITB agar dapat mendidik dan membentuk para pemimpin masa depan agar dapat memberikan dampak positif bagi sosial maupun lingkunan dimanapun mereka berada. Lokakarya diisi oleh Budi Permadi Iskandar, Asisten Profesor SBM ITB Kelompok Minat Strategi Bisnis dan Pemasaran.
Menurut Budi, prinsip ESG adalah bentuk bisnis yang maju, sebuah proses pendewasaan suatu organisasi. Tata kelola organisasi yang baik pada dasarnya mampu mengungkap potensial risiko (keamanan data, cuaca ekstrim, kualitas produk, penipuan, kesehatan dan keamanan) serta mengidentifikasi peluang potensial (efisiensi air, diversitas tenaga kerja, penggunaan energi, manajemen rantai pasok, teknologi bersih)
“Memang banyak sekali tantangan yang dapat dihadapi oleh setiap organisasi dalam menerapkan prinsip ini. Namun dengan menerapkan hal ini, diharapkan kita dapat membawa kedewasaan ornasisasi ke arah yang lebih baik lagi. Let’s start and be the leader again” kata Budi.
Budi menambahkan, ada tiga perubahan paradigma besar dalam pengadopsian ESG. Pertama, tata kelola perusahaan yang awalnya hanya sekedar mentransmisikan tujuan semata menjadi memberikan pemahaman yang mendalam lewat makna dan teraplikasikan dengan optimal.
Peluang yang muncul dari paradigma baru ini adalah, masih kosongnya standard metrik. Hal tersebut dapat diartikan sebagai kesetaraan peluang, karenasemua universitas bisa membuat standard metrik, model pengukuran serta standarisasi manajemen pengetahuan yang optimal.
Kedua adalah perubahan paradigma silo menjadi sebuah sistem. Pola kerja pertanggungjawaban sosial dan lingkungan kedepannya tidak akan berdiri sendiri sebagai suatu bagian dari perusahaan. Namun masuk ke dalam suatu sistem yang terintegrasi untuk memberikan dampak bagi tata Kelola perusahaan yang lebih baik.
Peluang yang muncul di sini adalah setiap institusi pendidikan dapat membentuk sistem baru yang dapat mengatur organisasi agar dapat berjalan dengan lebih baik lagi. Seperti mengkondisikan pendekatan multidisipliner baru dalam pengukuran dan implementasi, penerapan kanvas bisnis model baru yang berkelanjutan, dan mengubah proses bisnis yang lama menjadi baru.
Terakhir adalah perubahan pola pikir penghematan pengeluaran menjadi proses penciptaan nilai. Pola kerja yang tadinya hanya berfokus pada pengurangan ongkos menjadi pengoptimalan residu lewat penciptaan nilai yang bermanfaat dan bermakna.
Peluang yang muncul di sini adalah dengan menciptakan transformasi kerjasama yang berkelanjutan, penerapan teknologi dan ekonomi sirkuler serta penciptaan usaha usaha rintisan baru yang bertemakan nilai pembangunan yang berkelanjutan.