“Bisnis bukan hanya tentang uang, tetapi bagaimana kita membuat value yang dapat kita tawarkan kepada masyarakat luas,” ungkap Athalia Mutiara Laksmi, CEO HearMe, saat mengisi kuliahan tamu pada mata kuliah Customer Insight and Business Model di Sekolah Bisnis Manajemen ITB pada Selasa (21/11/2022).
Prinsip itu pula yang dipegang Atha ketika mendirikan HearMe. Atha mendirikan HearMe bukan karena ingin meraih keuntungan dan menjadi miliarder.
Atha mendirikan HearMe karena saat sedang naik taksi, ternyata di driver merupakan teman tuli. Dari situ Atha dan teman-temannya mendapatkan banyak insight dan keluhan dari apa yang pengemudi rasakan, yang menggugah Atha dan teman-temannya untuk membantu para teman tuli.
Pada awalnya HearMe bergerak di sektor business to customer (B2C) namuntidak berjalan dengan semestinya. Pada akhirnya HearMe memutuskan pivot alias mengubah arah bisnis ke B2B (Business to Business). Ada peluang semua bisnis diarahkan untuk menerapkan SDGs (Sustainable Development Goals).
“Tentu tidak mudah dalam menjalankan sebuah bisnis. Apalagi HearMe hanya beranggotakan mahassiswa Kewirausahaan SBM ITB. Namun, tidak mudah bukan berarti tidak bisa bukan?”
HearMe memutuskan untuk mengikuti berbagai startup community dan lomba. Dari situ HearMe mulai dikenal dan banyak yang ingin berinvestasi di HearMe.
“Kami juga mendapatkan sumber daya berupa ahli teknologi yang membantu kami membuat aplikasi HearMe seperti saat ini,” tambah Atha.
Saat ini, HearMe telah diunduh sebanyak 50 ribu lebih dan memperoleh nilai 4.7 (dari skala 5) pada aplikasi playstore. HearMe telah hadir di beberapa bandara untuk membantu para teman tuli memperoleh informasi yang ada di bandara.