Pogram Studi Manajemen SBM ITB angkatan 2024 memulai mata kuliah Komunikasi Bisnis dan Negosiasi dengan kuliah tamu di Auditorium SBM ITB pada Senin (28/11/2022). Kuliah tamu diisi oleh psikolog sekaligus Ketua Bidang Pengembangan Kemitraan Himpunan Psikolog Indonesia (HIMPSI) Jawa Barat, Sukmayanti Rafisukmawan.
Menurut Sumayanti, sebagai pebisnis, penampilan dan etika menjadi hal krusial dalam proses komunikasi bisnis. Penampilan dan etika merupakan impresi pertama yang dilihat oleh calon mitra bisnis.
Mungkin penampilan dianggap hal yang biasa bagi sebagian orang. Namun penampilan dan etika menjadi penilaian tersendiri bagi mitra bisnis mengenai kelayakan dan kemampuan kerjasama bisnis.
“Dalam berkomunikasi, mata seseorang akan langsung memperhatikan penampilan kita. Baik itu kebersihan, kerapihan, maupun keserasian berpakaian kita,” kata Anti, sapaan akrab Sukmayanti.
Menurut Anti, penampilan yang dimaksud dimulai dari kerapihan rambut, kebersihan tubuh, kerapian dan keserasian busana, serta penggunaan aksesoris yang digunakan. Untuk rambut, sebaiknya model yang digunakan tetap rapi dan disesuaikan dengan bentuk wajah.
Sedangkan kebersihan tubuh, seperti wajah, mulut, gigi, ataupun kuku juga wajib diperhatikan karena hal itu dapat memberikan kesan buruk secara langsung jika tidak dihiraukan. Mulut yang bau akan sangat mengganggu dalam berkomunikasi.
“Dalam berpakaian juga tidak bisa sembarangan, keserasian juga perlu diperhatikan. Baik model maupun warna harus disesuaikan dengan waktu,” tambah Anti.
Untuk komunikasi formal, sebaiknya menggunakan pakaian formal seperti setelan jas lengkap dengan dasi dan kemeja yang sesuai. Sepatu yang digunakan dapat berupa sepatu pantofel untuk menambah kesan formal. Komunikasi formal ini dimaksud jika sedang dalam pertemuan penting, seperti negosiasi bisnis dengan investor.
Sedangkan untuk komunikasi non formal, dapat menggunakan kemeja berkerah namun tetap rapi dengan beberapa sentuhan kasual. Hal ini dapat dilakukan jika sedang memperkenalkan produk kepada pasar yang disesuaikan dengan target pasar.
“Selain penampilan, etika atau perilaku kita juga sangat perlu diperhatikan agar tidak memberikan impresi yang buruk bagi mitra. Pada prinsipnya, dalam berkomunikasi kita harus menyesuaikan dengan tujuan dan posisi,” jelas Anti.
Contoh komunikasi sesuai tujuan dan posisi adalah seperti seorang sales yang menawarkan produknya kepada calon konsumen. Maka hal yang wajib diperhatikan adalah gestur tubuh, nada bicara, dan kontak mata agar dapat menyampaikan maksud komunikasi tersebut dengan tepat.
Kontak mata haruslah penuh keyakinan dan memberikan rasa hangat agar lawan bicara dapat berkomunikasi dengan nyaman. Lalu bahasa tubuh yang diberikan juga sebaiknya dijaga tetap luwes, indah, dengan tetap penuh percaya diri agar dapat meyakinkan.
Anti mengingatkan bahwa manusia harus bisa terus berkembang. Hal ini dapat dimulai dengan mengembangkan etika dan cara berpenampilan. Agar dapat berkembang, manusia harus dapat mengenal diri sendiri dengan berbagai kemampuannya, menerima apa yang ada dalam diri, serta mengelolanya agar dapat bermanfaat bagi diri sendiri dan sekitar.