Sebagai anak usaha PT Jasa Marga Persero Tbk, PT Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta (PT JLJ) juga mengadopsi sistem manajemen sumber daya manusia perusahaan induk. JLJ mengelola karyawan mengacu pada penyelesaian tugas dan perilaku di tempat kerja.
Untuk itu, dalam menilai kinerja suatu unit dan individu, JLJ menggunakan sistem yang terintegrasi yaitu Integrated Human Capital System. Sistem tersebut terbagi menjadi Jasa Marga Performance Management (JMPM), Jasa Marga Performance Development (JMPD), dan Talent Classification.
JMPM bertujuan agar seluruh unit kerja dan anak perusahaan Jasa Marga Group memenuhi harapan perusahaan dan pemegang saham dalam mencapai target kinerja sesuai dengan Key Performance Indicator (KPI). JMPM memiliki hasil akhir sebagai penilaian untuk tingkatan unit kerja.
Sementara JMPD berfokus pada kinerja individu. Penilaian JMPD berdasarkan pada hasil kinerja dan perilaku perorangan dalam suatu unit kerja.
“Dulunya PT JLJ menggunakan sistem SMKK untuk memberi feedback rutin. Sekarang kami menyebutnya Performance Development,” kata Direktur Sumber Daya Manusia dan Keuangan PT JLJ Bambang Irawan. “Kalau dulu di SMKK menggunakan balance scorecard, sekarang di Performance Development menggunakan workblock.”
Bambang Irawan memaparkan sistem manajemen sumber daya manusia JLJ tersebut ketika mengisi kuliah tamu Organizational Behavior and Managing People yang diselenggarakan oleh MBA ITB pada Rabu (8/2). Di kelas tersebut Bambang memaparkan materi bertajuk Managing Employee Performance Practices kepada mahasiswa Young Professional 68A (YP68A) MBA ITB.
Menurut Bambang, JLJ punya talent classification, proses mengenali dan memahami bakat setiap karyawan sebagai bahan pertimbangan dalam pengembangan karyawan. Terdapat talent committee yang mengevaluasi kinerja selama 3 tahun terakhir, dan menilai kapasitas individu berdasarkan kompetensi, juga kemampuan dalam beradaptasi akan hal-hal baru.
Tak hanya itu, demi mencapai tujuan perusahaan, JLJ juga merancang pengembangan sumber daya manusia. Mereka menyebutnya Arsitektur Human Capital, yang terdiri dari Employee Value Proposition (EVP), Kebutuhan Organisasi, Ekspetasi Organisasi terhadap Karyawan, Komitmen Organisasi terhadap Karyawan, Teknologi, dan Kepemimpinan.
“EVP adalah pertemuan antara ekspetasi karyawan dengan janji perusahaan dan komitmen karyawan dengan ekspetasi perusahaan. Keberadaan EVP menjadi perekat utama perusahaan dan karyawan agar dapat menghasilkan sinergi yang maksimal,” kata Bambang.