Berbeda dari entrepreneur lainnya yang biasa membagikan kisah sukses mereka, Co-Founder sekaligus CEO dari GandengTangan, Betania Jezamin Setiawan membagikan sisi lain seorang entrepreneur berdasarkan pengalamannya di GandengTangan. Biasanya cerita berfokus pada apa yang start-up telah capai. Padahal untuk mencapai pencapaian tersebut melalui banyak tantangan yang luar biasa.
Betania mengisahkan pengalamannya itu saat mengisi mata kuliah tamu Business Risk and Venture Capital di SBM ITB pada Jum’at (17/2). GandengTangan merupakan start-up fintech yang berdiri sejak 2015 hingga saat ini.
Betania menjelaskan bahwa GandengTangan telah melalui banyak fase. Dari menjuarai The Nextdev Competition dari Telkomsel, mendapatkan pendanaan dari beberapa sumber, terdaftar pada lembaga Otoritas Jasa Keuangan (OJK), hingga bisa mencapai pendapatan bersih sebesar 100 ribu US dollar pada tahun 2022.
Cerita pahit berawal dari cerita pahit. Betania atau yang kerap disapa Jezzie, membeberkan bahwa sampai tahun 2015, mereka belum menghasilkan kemajuan yang signifikan. Lalu pada tahun 2016, GandengTangan kehilangan Co-Founder teknologi informasi. Dampaknya, website GandengTangan tidak bisa beroperasi. Perusahaan juga kena tipu oleh karyawan.
Dari seluruh perjalanan tersebut, Jezzie menarik kesimpulan bahwa menjadi seorang entrepreneur harus siap dengan kenyataan-kenyataan yang keras. Entrepreneur akan menghadapi ketidakpastian yang tinggi, keuangan yang tidak stabil, waktu kerja yang panjang, merasa sendiri dan terisolasi, memiliki sumber daya terbatas–sulit untuk berkompetisi dengan perusahaan besar–dan membuat banyak kesalahan dalam perjalanannya.
Ada satu hal yang bisa membuat seorang entrepreneur dapat melalui itu semua, menurut Jezzie. Yaitu, sifat tangguh atau resilience. Ini adalah sebuah kemampuan seseorang untuk bangkit dan maju, setelah sesuatu yang buruk terjadi. Karena sejatinya kehidupan tidaklah menjadi lebih mudah, akan tetapi kita yang menjadi lebih kuat dan tangguh.