Pada era modern saat ini, pola pikir masyarakat sudah banyak berubah dan globalisasi terjadi mempengaruhi banyak aspek. Hal tersebut mengakibatkan para pebisnis harus bisa membuat strategi bisnis yang cerdas agar bisnis dapat berlanjut dan mampu mengatasi berbagai masalah.

Agar bisa menjadi panduan semua orang, muncul seperangkat standar perusahaan yang berkaitan dengan investasi. Perangkat ini adalah sebuah pilar kerja yang mampu menganalisa berbagai macam resiko dan peluang non finansial dalam lingkup operasional perusahaan. Perangkat tersebut ialah ESG alias pedoman berbisnis yang berkelanjutan sesuai dengan prinsip yang melindungi lingkungan (E), sosial (S), dan tata kelola (G).

Tantangan dunia bisnis untuk selaras dengan ESG tersebut disampaikan oleh Fauzan Raudhatul Hayat saat mengisi kuliah tamu Business Sustainability Management and Agile Organization di SBM ITB pada 25 Juli 2023. Fauzan kini menjabat CM Regional Jawa Barat SEEK, perusahaan pasar pekerja berbasis online yang berpusat di Australia.

Menurut Fauzan, ada empat alasan utama mengapa konsep ESG cukup esensial untuk disertakan dalam perumusan strategi bisnis. Pertama, memaksimalkan efisiensi operasional. Kedua meningkatkan reputasi perusahaan. Ketiga mengurangi risiko. Terakhir mengoptimalkan kinerja keuangan dan membuka peluang baru untuk pertumbuhan bisnis.

ESG sendiri terdiri dari kriteria lingkungan, sosial, dan tata kelola. Unsur-unsur tata kelola dalam ESG meliputi transparansi, pengelolaan keuangan yang memenuhi standar akuntansi, kepatuhan terhadap peraturan, tidak terlibat dalam aktivitas ilegal, hingga tidak ada benturan kepentingan dalam pemilihan anggota direksi atau komisaris, dan lainnya.

Sementara kriteria sosial melihat bagaimana perusahaan mempertimbangkan hubungan dan reputasinya dengan para pemangku kepentingannya dan bagaimana ia membina para pemangku kepentingannya, mulai dari karyawan, pemasok, konsumen, masyarakat, masyarakat dan pihak terkait dari perusahaan. Unsur sosial meliputi pemilihan pemasok yang juga memiliki kebijakan dan praktik ESG, pengakuan keberagaman dan inklusivitas, kesetaraan gender, penghormatan terhadap hak asasi manusia, kelayakan upah dan lingkungan kerja, kepastian untuk mempertimbangkan masukan dan harapan pemangku kepentingan terhadap organisasi.

Sedangkan kriteria lingkungan membahas bagaimana perusahaan mempertimbangkan dampak operasi bisnis terhadap lingkungan dan peran perusahaan sebagai penjaga lingkungan. Elemen lingkungan meliputi penggunaan energi ramah lingkungan atau energi terbarukan, komitmen untuk mengurangi emisi gas rumah kaca, pengelolaan sampah agar tidak menjadi pencemaran, partisipasi dalam pelestarian alam yang tak tergantikan,perlakuan hewan yang adil dan tidak sewenang-wenang.

Fauzan mengakui banyak perusahaan masih sulit menerapkan standar ESG karena masalah biaya, dukungan pemangku kepentingan, dan kesulitan dalam mengukur kinerja. Perusahaan harus menginvestasikan sumber daya keuangan dan manusia yang signifikan, berkomunikasi secara efektif, dan memiliki sistem pengukuran yang transparan untuk menilai dampak sosial dan lingkungan. Langkah yang dapat diambil untuk mengatasi resiko dan tantangan ini berupa mengidentifikasi dan menilai risiko yang ada, menggunakan data untuk mengelola risiko ESG, mengintegrasikan ESG ke dalam strategi bisnis, melibatkan pemangku kepentingan, memantau dan melaporkan kinerja ESG. Namun demikian sudah ada beberapa perusahaan yang menurut Fauzan telah berhasil menjalankan prinsip ESG di Indonesia, seperti OYO, Indosat, OLX Autos, dan lainnya.

Fauzan mengakui banyak perusahaan masih sulit menerapkan standar ESG karena masalah biaya, dukungan pemangku kepentingan, dan kesulitan dalam mengukur kinerja saat mengisi kuliah tamu Business Sustainability Management and Agile Organization
Kontributor: Luthfaliya Zahira, Manajemen 2025