Di era modern ini, banyak sekali hal yang bisa dijadikan usaha baik itu dalam bidang industri kreatif, kuliner, otomotif dan lainnya. Ekosistem bisnis sudah terbangun di Indonesia. Dibantu dengan adanya fenomena digitalisasi, sangat mudah untuk membuka usaha di berbagai jenis bidang.

Untuk menggali ide-ide usaha ini, SBM ITB berkolaborasi dengan Vokraf menggelar webinar bertajuk “Mengubah Minat Anda Menjadi Sesuatu yang Menguntungkan”, sebuah perkenalan pada dunia kewirausahaan (16/9). Co Founder PT Niion Indonesia Utama, Tunjung Larasati, menjadi pembicara utama dalam webinar tersebut.

Tunjung memulai perjalanannya dalam dunia usaha karena memiliki minat dalam menemukan solusi dan memenuhi kebutuhan yang ada di masyarakat. Tunjung menjelaskan bahwa langkah dasar yang bisa dilakukan adalah membangun pola pikir wirausahawan. Seorang wirausahawan adalah orang yang selalu melihat kesempatan di berbagai kondisi, melihat kegagalan sebagai tempat untuk belajar, dan selalu berusaha membuat nilai dan dampak positif terhadap komunitas.

Proses dalam berwirausaha meliputi pembuatan Ide, identifikasi dan evaluasi peluang, riset pasar, perencanaan bisnis, akuisisi sumber daya, pengembangan produk, prototipe & pengujian, branding & strategi pemasaran, strategi masuk pasar, saluran penjualan & distribusi, peluncuran & promosi, akuisisi pelanggan, umpan balik & iterasi, penskalaan & pertumbuhan, dan inovasi berkelanjutan. Tunjung membagikan 3 alat yang bisa membantu dalam menganalisa sebuah ide, diantaranya adalah Scamper, 5W1Y, dan metode 6 thinking hat.

Dalam membuat ide bisnis tentunya harus berdasarkan berbagai faktor dan konsiderasi. Pendekatan yang dilakukan untuk mengidentifikasi ide bisnis yang terbaik dilakukan dengan berbagai cara.

Pertama dengan pendekatan masalah terlebih dahulu. Pada tahap ini wirausahawan harus bisa mengidentifikasi lalu memutuskan masalah apa yang akan dihadapi dan cari solusi terhadap masalah tersebut. Kedua pendekatan solusi, kita bisa mencari solusi dan teknologi apa yang bisa membantu lalu cari potensinya untuk memecahkan masalah.

Ketiga, pendekatan penggabungan atau strategi blue ocean di mana kita menggabungkan konsep produk yang sudah ada dan membuat suatu nilai baru yang unik dan berbeda. Keempat, pendekatan adaptasi yang mana kita mengadaptasi konsep sukses dari satu industri ke konteks lain. Kelima, pendekatan berbasis tren. Seorang wirausahawan harus bisa menggunakan tren sebagai papan loncangan untuk menciptakan ide untuk melakukan perubahan perilaku konsumen. Yang terakhir adalah pendekatan rekayasa terbalik, kita membedah produk yang jadi untuk belajar, dalam rangka terciptanya produk yang bersaing.

“Apabila ide bisnis sudah terbuat, sangat esensial untuk melakukan lean validation di mana kita mengidentifikasi apakah ide bisnis kita akan diterima oleh pasar atau tidak. Kita haru cari feedback, mengikuti event agar tahu selera dan preferensi konsumen,” ucap Tunjung.

Dia menegaskan bahwa membangun tim yang kuat adalah kunci dari keberhasilan. Buatlah tim yang terdiri dari berbagai spesialisasi seperti graphic designer dan lainnya.

Hal lainnya juga seperti sumber keuangan untuk modal awal. Tunjung menyatakan bahwa sebagai wirausahawan pemula, jangan sampai meminjam ke bank atau meminjam uang untuk investasi awal melainkan kita harus memulainya dengan kecil – kecil. Hal ini dikarenakan ketidak pastianproduk akan diterima market.

Lantas bagaimana kita bisa mengenal target konsumen kita. Tunjung membagikan ceritanya bahwa hal yang akan ia lakukan adalah dengan mengidentifikasi kebutuhan, kebiasaan, dan konteks para konsumen dengan survei market.

Setelah mengenal target kostumer, Tunjung memaksimalkan pemasarannya dengan platform digital. Platform digital memberikan keuntungan bagi para pebisnis untuk melakukan interaksi dua arah langsung dengan para konsumennya. Dalam webinar, Tunjung tak lupa memberi feedback dari ide bisnis peserta.

Kontributor: Luthfaliya Zahira, Manajemen 2025