Dibandingkan dengan sektor lain, farmasi punya kompleksitas regulasi yang cukup tinggi, yang sangat mempengaruhi cara mereka beroperasi. Untuk urusan logistik saja, kebutuhan transportasi sektor ini lebih terlatih dan berkualitas, demi menjaga kualitas produk farmasi.
Wakil Direktur Rantai Pasok, Tuti Susilowati G, Apt., MM, CISCP, di PT Kalbe Farma Tbk selama tiga belas tahun, mengatakan sektor farmasi seperti Kalbe misalnya butuh rantai pasok produk dingin. Hal itu untuk menjaminan kualitas produk farmasi yang lebih baik. Pemantauan produk juga dilakukan secara ketat. Itu karena produk farmasi harus diterima konsumen dalam kondisi aman dan tetap mempunyai khasiat yang menyehatkan.
Tuti berkesempatan mengisi kuliah tamu “Desain Rantai Pasok” bertajuk “Penerapan dan Pengembangan Rantai Pasok di Industri Farmasi” di SBM ITB (14/3). Menurut Tuti, rantai pasok dalam industri farmasi harus memperhatikan keamanan produk, integritas produk, dan kualitas produk, ketiga aspek tersebut berhubungan dengan aspek khasiat produk farmasi.
Menurut Tuti, rantai pasok pada industri farmasi harus memperhatikan banyak hal. Ada banyak tantangan dalam rantai pasok industri farmasi. Mulai dari tuntutan kualitas produk yang ketat dari pembuat kebijakan pemerintah Indonesia; kondisi geografis Indonesia yang mempunyai banyak pulau; kualitas infrastruktur untuk transportasi farmasi dan medis (dalam aspek transportasi, gudang farmasi, dan pelabuhan); dan adanya tekanan pada efisiensi biaya pada industri farmasi.
Di siniah tantangannya mengembangkan nilai keuntungan pada industri farmasi dengan memperhatikan pengembangan pada aspek rantai pasok industri tersebut. Untuk itu beberapa hal perlu diperhatikan.
Pertama manajemen persediaan produk farmasi. Perlu adanya peramalan dan perencanaan permintaan produk, kolaborasi, dan integrasi produk yang lebih baik. Kedua, menggunakan mekanisme pengisian ulang produk farmasi supaya stok persediaan farmasi tidak habis dalam suatu perusahaan. Ketiga, membuat perencanaan terhadap proses rencana penjualan dan operasi di mana perlu memperhatikan adanya evaluasi inventaris, aktivitas pemasaran dan penjualan produk terhadap konsumen, perkiraan stok farmasi secara rutin setiap bulannya, dan tingkat pemenuhan farmasi terhadap konsumen.
Selanjutnya aspek keempat adalah transportasi produk farmasi. Ini menjadi komponen esensial supaya kualitas produk farmasi tetap terjaga sampai di tangan konsumen. Kelima, kebutuhan akan gudang tempat penyimpanan farmasi. Maka dari itu perlu adanya perhatian pada biaya tenaga kerja, biaya pengendalian, hingga biaya ruangan dan pemakaian teknologi. Jika perusahaan bisa optimal dalam lima aspek tersebut, niscaya keuntungan dapat tercapai.