Rendy Aditya Wachid, seorang arsitek pendiri Parongpong Recycle And Waste Lab, mengatakan motivasinya mendirikan bisnis ini yaitu berasal dari statusnya sebagai seorang ayah. Rendy ingin menciptakan lingkungan yang nyaman bagi anak-anak di masa depan.
“Membuat Parongpong Recycle and Waste Lab adalah bagian dari upaya kami untuk menciptakan dunia yang lebih baik, di mana limbah bisa diolah menjadi sesuatu yang bernilai,” ujar Rendy saat mengisi kuliah tamu Business Model and Product Innovation di Auditorium SBM ITB, Bandung (19/3).
Rendy juga membagikan kisah sukses Parongpong Recycle And Waste Lab yang valuasinya telah mencapai 60 juta USD. Bisnis ini telah mampu mengelola sampah sebanyak 1000 ton per tahun, memberikan kontribusi nyata dalam mengurangi dampak negatif limbah terhadap lingkungan.
Rendy menekankan kunci kesuksesan Parongpong Recycle And Waste Lab terletak pada filosofinya, bahwa bisnis sejatinya adalah cara untuk menyelesaikan masalah dengan cara yang menguntungkan.
“Tidak ada yang namanya sampah, yang ada hanyalah material yang belum terpakai dan belum terevitalisasi,” jelasnya.
Salah satu inovasi yang menjadi kebanggaan Parongpong Recycle And Waste Lab adalah implementasi Digital Traceability System (ESG) yang memungkinkan pelanggan untuk melacak jejak digital dari setiap produk yang dihasilkan, menjamin transparansi dan kualitas produk yang tinggi.
Rendy kemudian memberikan wawasan tentang strategi bisnis yang sukses. Termasuk strategi bisnis mengolah puntung rokok menjadi produk material yang bernilai.
“Ketika pesaing semakin banyak, saatnya bagi kita untuk menjadi pemasok bagi pesaing tersebut,” tutupnya dengan bijak, merujuk pada visi perusahaan untuk menjadi pemimpin dalam industri daur ulang dan pengelolaan limbah.
Kehadiran Rendy Aditya Wachid sebagai dosen tamu di SBM ITB tidak hanya memberikan inspirasi bagi para mahasiswa, tetapi juga menjadi contoh nyata bahwa bisnis yang berfokus pada inovasi produk dan keberlanjutan lingkungan dapat mencapai kesuksesan yang luar biasa.