Digitalisasi tidak hanya menjadi tren bisnis, namun menjadi suatu keharusan dalam mengembangkan bisnis. Di Indonesia, cukup banyak perusahaan yang menggunakan digitalisasi demi perkembangan perusahaannya. Hal ini kemudian memunculkan bisnis rintisan berbasis digital.
Pada bisnis rintisan yang menggunakan bisnis perbankan digital, muncul produk-produk keuangan seperti pembayaran, hingga teknologi asuransi. Cukup banyak ekosistem yang terdapat pada teknologi keuangan yang digunakan untuk perkembangan bisnis rintisan tersebut. Dari perkembangan bisnis rintisan itu, muncul kemudian modal ventura, yang dengan modalnya dapat meningkatkan suatu bisnis rintisan untuk mengembangkan pelayanan atau produk terhadap konsumen dan meningkatkan kualitas bisnis operasi bisnis tersebut.
Menurut Eddi Danusaputro CEO BNI Ventures, ciri-ciri dari modal ventura cukup berbeda dengan ekuitas mandiri dalam suatu perusahaan. Risiko investasi pada modal ventura dan kontrol investor pada bisnis rintisan yang tinggi tentunya membuat bisnis rintisan dapat berkembang secara optimal. Tahapan investasi pada modal ventura juga membutuhkan partisipasi ekuitas. Adapun cara modal ventura mendapatkan keuntungan melalui strategi keluar dengan cara penjualan saham, akuisisi, dan penggabungan bisnis.
Eddi menjelaskan seluk-beluk modal ventura itu saat mengisi seminar yang diselenggarakan oleh SBM ITB pada Rabu (20/3) di Ruang Ampiteater 2, Gedung Pertamina MBA ITB. Seminar tersebut diikuti oleh mahasiswa ITB, untuk menambah wawasan mereka mengenai modal ventura dalam perkembangan bisnis rintisan.
Menurut Eddi, beberapa aspek penting yang dihadapi oleh modal ventura saat menanamkan modalnya ke perusahaan rintisan adalah, bagaimana mengkapitalisasi ide bisnis bisnis rintisan hingga mengantisipasi “Tech winter”. Saat “Tech winter”, minat investasi kepada bisnis rintisan berkurang signifikan. Hal ini memicu perkembangan bisnis rintisan yang cukup lambat, dan terjadinya pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan pada bisnis rintisan tersebut. Oleh sebab itu, setiap modal ventura hendaknya dapat memperhatikan perkembangan bisnis rintisan yang akan diinvestasikan dalam beberapa waktu ke depan.
Di sisi lain, kata Eddi, molda ventura harus mencermati lingkungan yang terdapat pada bisnis rintisan, untuk mencari gambaran apakah suatu investasi dapat berjalan secara optimal atau tidak. Menurut Eddi, prospek pasar di Indonesia sangat selektif. Investor pada bisnis rintisan sangat selektif dalam hal investasi terhadap bisnis perusahaan dan bisnis rintisan.
Pendanaan bisnis di Indonesia juga mengalami penurunan sejak tahun 2022. Diperkirakan dalam beberapa tahun ke depan juga mengalami kondisi penurunan yang signifikan. Hal tersebut menuntut perlu adanya strategi modal ventura dalam membantu pendanaan bisnis rintisan tersebut.
Namun hal positifnya, Indonesia masih menjadi salah satu ekonomi digital terbesar di ASEAN, di mana perkembangan bisnis rintisannya meningkat sangat pesat. Bahkan perkembangan bisnis rintisan setelah Pandemi COVID-19 terus mengalami pertumbuhan di tengah penurunan penilaian dan pendanaan. Oleh sebab itu, peranan modal ventura menjadi suatu hal yang sangat signifikan dalam kemajuan bisnis rintisan di Indonesia.