Prof. Dr. Ir. H.W.G.M. (Eric) van Heck, Profesor Manajemen Informasi dan Pasar di Departemen Teknologi dan Manajemen Operasi, Rotterdam School of Management (RSM), Erasmus University Rotterdam, memiliki segudang pengalaman dan kebijaksanaan di bidang bisnis dan keberlanjutan. Dengan karir selama puluhan tahun, perjalanannya menjadi profesor terkenal sangat menginspirasi.
Tumbuh di sebuah desa kecil di selatan Belanda, perjalanan Eric ke dunia akademis tidak ditakdirkan sebelumnya. Selama masa sekolah menengahnya, ia menyadari ada potensi untuk melanjutkan ke universitas, sebuah jalur yang asing bagi keluarganya.
Perjalanan akademisnya dimulai di Universitas Pertanian Wageningen, tempat ia mempelajari studi tentang penggunaan lahan dan air—bidang studi yang pada dasarnya berasal dari Belanda. Namun, selama masa sarjananya, ia menemukan kecintaannya pada penelitian ilmiah, terutama selama proyek tesisnya di Cornell University di Amerika Serikat.
Sekembalinya ke Belanda, Profesor Eric menerapkan pendekatan multifaset pada studi masternya, mempelajari optimasi, manajemen informasi, dan ekonomi pertanian. Keingintahuannya yang tak terpuaskan mendorongnya untuk mengeksplorasi dampak siklus matahari terhadap produksi pertanian—sebuah upaya penelitian yang menunjukkan fokus masa depannya pada keberlanjutan.
Setelah bekerja sebentar di dunia korporat, Eric merasa terpanggil untuk melanjutkan penelitian dan akademisi lebih dalam. Keputusan penting ini membawanya ke Universitas Wageningen, di mana ia memulai perjalanannya sebagai asisten profesor sekaligus mengejar gelar Ph.D. dalam sistem pertukaran data elektronik.
Keahliannya dalam pertukaran data elektronik menarik minat industri bunga Belanda, membawanya ke posisi kepemimpinan dalam menyusun pesan-pesan EDI—sebuah proyek yang terjalin erat dalam penelitian doktoralnya. Saat ini, ia fokus memanfaatkan teknologi digital untuk merevolusi proses operasional di bidang bisnis bunga.
Setelah menyelesaikan Ph.D., perjalanan akademis Profesor Eric membawanya ke institusi bergengsi seperti New York University dan terakhir ke Erasmus University, di mana ia menjabat sebagai profesor penuh sejak tahun 2006. Penelitiannya kini berfokus pada bisnis digital dan model sirkular, dengan kepentingan utama dalam memajukan keberlanjutan melalui teknologi.
Dalam beberapa tahun terakhir, komitmen Eric terhadap keberlanjutan telah melampaui batas-batas dunia akademis. Kolaborasinya dengan perguruan tinggi di Indonesia, termasuk SBM ITB, menegaskan dedikasinya dalam mencetak generasi pemimpin baru yang berkomitmen mendorong perubahan positif.
Sebagai dosen tamu di SBM ITB pada Januari hingga Februari 2024, Eric berinteraksi dengan mahasiswa di berbagai program, mulai dari sarjana hingga pascasarjana, mengajar tentang manajemen operasi dan pengambilan keputusan strategis. Keterlibatannya sebagai keynote speaker dalam Simposium Pengambilan Keputusan Strategis yang diadakan SBM ITB pada tanggal 23 Februari 2024, semakin menegaskan keahliannya di bidang tersebut.
Eric berbagi wawasan tentang bagaimana ekonomi sirkular dan digital dapat menjadi solusi bagi masa depan kita, dan menekankan potensinya untuk mengatasi tantangan lingkungan dan ekonomi yang mendesak. Ia menyoroti konsep keberlanjutan, dan memandangnya sebagai keselarasan segitiga—manusia, planet, dan keuntungan. Eric berpendapat dunia usaha perlu menjaga keharmonisan di tengah segitiga ini, dengan transformasi digital sebagai faktor pendorong utama. Dengan berfokus pada efisiensi dan penggunaan energi yang bertanggung jawab, teknologi digital dapat mendorong praktik berkelanjutan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi.
Eric juga menulis buku berjudul “Technology Meets Flowers: Membuka Kunci Ekonomi Sirkular dan Digital”, yang diambil dari pengalamannya bekerja di industri teknologi bunga. Buku ini menceritakan bagaimana transformasi digital dan upaya mendorong keberlanjutan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari, baik dalam konteks bisnis maupun pribadi. Penerbitan buku ini semakin memperkuat kepiawaian Eric dalam mengintegrasikan teknologi dengan prinsip berkelanjutan.
Ke depan, Eric membayangkan masa depan di mana universitas memainkan peran penting dalam membentuk generasi pemimpin baru—mereka yang memprioritaskan manusia dan bumi dibandingkan keuntungan. Optimismenya berasal dari pemikiran cerdas yang ditemuinya di kelas, yang memperkuat keyakinannya terhadap kekuatan transformatif pendidikan.
Berada di persimpangan antara bisnis, teknologi, dan keberlanjutan, Eric tetap berkomitmen untuk mendorong perubahan yang berarti. Kisahnya menjadi sumber inspirasi bagi para akademisi dan pembuat perubahan, mengingatkan kita bahwa jalan menuju masa depan berkelanjutan dimulai dengan pendidikan dan pemberdayaan.