Memproduksi 14 juta ton pupuk setiap tahunnya, PT Pupuk Indonesia (Persero) menyandang gelar produsen pupuk terbesar di kawasan Asia Pasifik, Timur Tengah, dan Afrika Utara. Sebagai salah satu Badan Usaha Milik Negara (BUMN) terbesar di Indonesia, Pupuk Indonesia memainkan peran penting sebagai agent of development.
Bagi Pupuk Indonesia, penerapan konsep Environment Social Governance (ESG) dan Sustainable Development Goals (SDGs) bukan sekedar aspek tambahan, melainkan “a way of life”, seperti dijelaskan Rahmad Pribadi, CEO Pupuk Indonesia Holding Company, saat memberikan kuliah tamu MBA General Management di Jakarta, pada Selasa (18/4).
Menurut Rahmad, penerapan ESG dalam suatu perusahaan tidak dapat diabaikan. Kegiatan-kegiatan ESG sering kali mempunyai tujuan menunjang reputasi.
Rusaknya reputasi akibat tidak sesuainya aktivitas perusahaan dengan standar ESG dapat mengakibatkan hilangnya izin operasi. Selain itu, mengintegrasikan ESG ke dalam operasi perusahaan memudahkan manajemen risiko dan membuka lebih banyak peluang investasi.
Menurut Rahmad, Pupuk Indonesia telah melaksanakan berbagai program ESG dan SDG (tujuan pembangunan berkelanjutan). Misalnya, produksi amonia, yang biasanya berasal dari gas alam, kini beralih ke sumber non-fosil. Dengan memanfaatkan “green hydrogren” dan “pink hydrogen” (hidrogen dari elektrolisis air), Pupuk Indonesia bertujuan untuk mencapai produksi amonia yang bersih.
Walaupun inovasi hijau telah tersedia, mencapai emisi nol dari proses produksi masih merupakan tantangan besar. Menyadari hal ini, Pupuk Indonesia telah mengembangkan inisiatif carbon offset untuk mengimbangi emisi gas rumah kaca dengan membangun hutan komunitas.
“Kami tidak hanya menanam pohon, kami juga memberdayakan masyarakat,” kata Rahmad seraya menyoroti pendekatan holistik dalam program carbon offset Pupuk Indonesia.
Terus belajar tentang praktik-praktik ESG dan SDG adalah kunci keberhasilan perusahaan dalam melaksanakan program-programnya.
“Saya juga bisa belajar dari teman-teman mahasiswa MBA ITB. Kita bisa bertukar pikiran, sehingga kita bisa mewujudkan Indonesia yang lebih baik lagi,” tutup Rahmad.