Ada tiga tantangan utama yang dihadapi oleh sektor energi. Tidak hanya soal pemanasan global dan perubahan iklim, namun juga trilema energi. Tuntutan terhadap trilema energi yaitu keamanan energi, keterjangkauan energi, dan keberlanjutan energi diperkirakan akan meningkat seiring dengan pertumbuhan ekonomi. Saat ini, lebih dari 80% konsumsi energi global dipenuhi dengan bahan bakar fosil, yang mempunyai konsekuensi termasuk pelepasan gas rumah kaca (GRK).

Industri minyak dan gas sendiri telah lama dikritik karena dampaknya terhadap lingkungan. Kini, mereka mulai melakukan perubahan paradigma menuju proses produksi yang lebih keberlanjutan. Salah satu contohnya adalah PETRONAS, yang mengklaim telah menyadari adanya urgensi untuk memecahkan masalah lingkungan yang serius sekaligus meningkatkan kesejahteraan sosial. PETRONAS menetapkan standar baru untuk pengelolaan energi yang bertanggung jawab dengan memasukkan konsep-konsep ESG (Environment, Social, dan Governance) ke dalam budaya perusahaannya.

“Bagaimana peran industri migas dalam masa depan yang berkelanjutan? Tentu saja dengan memanfaatkan transisi energi, misalnya memanfaatkan energi terbarukan dan menerapkan transisi hijau,” kata Wimbuh Nawa Nugroho, Vice President Operasi Produksi PETRONAS CARIGALI Indonesia Operation yang mengisi kuliah tamu di SBM ITB pada Selasa (30/4). “Dan teknologi Carbon Capture Utilization and Storage (CCUS) merupakan terobosan baru.” 

Menurut Wimbuh, pengelolaan lingkungan merupakan inti dari strategi ESG PETRONAS, dengan fokus tiada henti pada pengurangan emisi, efisiensi energi, dan konservasi keanekaragaman hayati. Melalui teknologi inovatif dan protokol lingkungan yang ketat, PETRONAS memiliki tujuan untuk meminimalkan jejak ekologis dan memitigasi risiko iklim. 

Wimbuh mengatakan,  aspek sosial penting bagi pelaku industri minyak. Di lingkungan sekitar lokasi ekstraksi minyak, selalu terjadi konflik atau pengaduan, sehingga perusahaan biasanya menerapkan inisiatif CSR atau tanggung jawab sosial perusahaan untuk menangani dan memitigasi risiko sosial. 

Perusahaan seperti PETRONAS mendorong perubahan ini, memahami bahwa komitmen terhadap pengelolaan ramah lingkungan tidak hanya menurunkan emisi namun juga meningkatkan efisiensi biaya dan kepatuhan terhadap peraturan. Selain itu, hal ini juga meningkatkan reputasi perusahaan.

Kontributor: Agustin Anandia Kartika, Manajemen 2024