SBM ITB mengadakan simulasi kebakaran yang diikuti oleh seluruh mahasiswa, dosen, staf, dan civitas akademika gedung SBM pada Senin (29/7). Kepala Kesehatan dan Keselamatan Kerja Gedung SBM, Krisna, dan Kepala Seksi KKK Tanggap Darurat Gedung SBM, Taryono, memimpin simulasi tersebut.   

Simulasi kebakaran ini merupakan bagian dari upaya meningkatkan kesadaran dan kesiapan seluruh civitas akademika dalam menghadapi situasi darurat. Dalam simulasi, peserta diajarkan berbagai jenis tanggap darurat seperti evakuasi ke titik kumpul (assemble point), penyiraman api menggunakan mobil pemadam kebakaran, evakuasi menggunakan ambulans, serta cara memadamkan api menggunakan alat pemadam api ringan (APAR). 

Peserta juga diberi sosialisasi mengenai cara mematikan api pada gas LPG. Pentingnya latihan secara rutin ini dapat mengurangi kesalahan saat situasi panik. 

“Jika kita dalam situasi panik, kita tidak bisa berpikir jernih. Kita ingin meminimalkan masalah itu dengan cara terus berlatih,” ungkapannya.

Direktorat Sarana dan Prasarana ITB berharap simulasi ini dapat membantu membangun budaya keselamatan dan kesehatan kerja (K3) di lingkungan ITB. Mereka menekankan pentingnya membangun tim K3 di setiap gedung dan melaksanakan kegiatan rutin seperti inspeksi gedung dan latihan tanggap darurat.

Sarah Ann Ullyma Manihuruk, seorang mahasiswa SBM ITB yang berkesempatan langsung menggunakan APAR, mengungkapkan pengalamannya. Menurut dia, belajar memakai APAR adalah pengalaman menarik yang sangat berkesan. 

“Setelah belajar cara pemakaian APAR dan mempraktekkan langsung, saya merasa lebih percaya diri dan aman karena sudah tahu apa yang harus dilakukan dalam kondisi kebakaran,” ujarnya.

Simulasi kebakaran ini diharapkan dapat meningkatkan kesiapan dan kesadaran seluruh penghuni gedung SBM ITB dalam menghadapi situasi darurat, serta meminimalkan risiko kecelakaan yang dapat terjadi. Seluruh civitas akademika ITB dapat menghubungi nomor (022) 2500204 untuk mendapatkan informasi lebih lanjut mengenai layanan tanggap darurat.  

Kontributor: Hansen Marciano, Manajemen 2025