Direktur Transformasi dan Hubungan Kelembagaan Perum BULOG, Sonya Mamoriska Harahap, mengatakan perusahannya sudah menerapkan prinsip ESG dalam setiap operasi bisnisnya. BULOG mengelompokkan pendekatan ESG ke dalam tiga aspek utama: lingkungan, sosial, dan tata kelola perusahaan.
Pada aspek lingkungan, BULOG kata Mamoriksa, telah mengimplementasikan sejumlah inisiatif. Termasuk, modernisasi pergudangan komoditas untuk meminimalkan limbah dan menjaga kualitas pangan.
“Pada tahun 2022, fokus kami adalah memodernisasi pergudangan komoditas untuk meminimalkan limbah akibat kerusakan dan penurunan kualitas, dengan penekanan besar pada penanganan inflasi pangan yang fluktuatif dan pengurangan limbah pangan,” kata Sonya saat berbicara pada plenary session Konferensi Internasional Manajemen di Pasar Berkembang (ICMEM) 2024 yang digelar oleh Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung, dengna mengusung tema “Environmental, Social, and Governance (ESG)” pada Kamis (29/8). “Sementara pada 2024, ada pengelolaan sekitar 49 juta metrik ton limbah pangan.”
Dalam aspek sosial, kata Mamoriska, BULOG terus berfokus pada ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas pangan pokok seperti beras, jagung, dan kedelai. Proporsi karyawan perempuan Bulog mencapai 27 persen.
“Angka ini terus meningkat, mencerminkan komitmen kami terhadap kesetaraan gender,” tambahnya.
BULOG juga meluncurkan program-program yang mendukung kesejahteraan petani dan keberlanjutan bisnis, yang diharapkan dapat meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan petani. Namun Sonya menekankan pentingnya tata kelola perusahaan dalam memastikan keberlanjutan jangka panjang.
“Kami telah menerapkan standar internasional seperti ISO 31000 untuk manajemen risiko dan ISO 9001 untuk manajemen mutu,” jelasnya.
Selain itu, BULOG telah mengadopsi sistem pelaporan pelanggaran dan manajemen anti-penyuapan yang diakui dengan sertifikasi ISO 37001.
Sonya mengakui bahwa BULOG masih menghadapi tantangan dalam penerapan ESG, terutama terkait ketersediaan data dan kurangnya standardisasi. Hambatan ini mempersulit pengelolaan dan evaluasi kinerja ESG, serta meningkatkan tekanan regulasi.
Meskipun begitu, BULOG berkomitmen untuk memperkuat budaya ESG dan bekerja sama dengan pemangku kepentingan untuk meningkatkan standarisasi dan integrasi teknologi. Meski masih dalam tahap awal, BULOG terus berupaya memastikan praktik bisnisnya mendukung nilai jangka panjang dan stabilitas pangan bagi petani dan konsumen.
“Misi kami adalah menjadi pemimpin rantai pasok pangan yang terpercaya, dengan tiga nilai utama: ketersediaan, keterjangkauan, dan stabilitas. Kami memposisikan diri sebagai pemimpin rantai pasok pangan, bukan hanya sebagai perusahaan logistik pangan,” ujar Sonya. “Kami memahami bahwa ESG bukan hanya sekadar memenuhi regulasi, tetapi juga tentang bagaimana kami dapat berkontribusi pada tujuan pembangunan berkelanjutan (SDG) di Indonesia.”