Efisiensi merupakan salah satu hal terpenting dalam membangun suatu bisnis. Sebab suatu produk atau jasa mungkin bisa dianggap penting, namun akan percuma jika tidak efisien.

Selanjutnya, dalam dunia bisnis akan ada banyak kesempatan. Namun, banyaknya kesempatan tersebut juga selalu akan diikuti dengan risiko. Oleh karena itu, pebisnis yang memahami perekonomian akan dengan mudah menganalisa risiko dan peluang.

Demikian intisari kuliah umum Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementrian Keuangan Dr. Luky Alfirman, S.T., M.A., bertajuk “Understanding the Economic Environment to Achieve Successful Business Opportunities” yang diselenggarakan oleh SBM Bandung di Auditorium Nemangkawi SBM ITB pada Jumat (1/11). Kuliah umum tersebut merupakan bagian dari mata kuliah Business Risk Analysis and Management di SBM ITB.    

Menurut Luky, tantangan perekonomian skala global semakin kompleks. Perubahan geopolitik, perubahan iklim, aging population, serta AI dan digitalisasi merupakan tantangan yang semakin lama menjadi semakin kompleks dan memerlukan solusi yang inovatif.

“Dunia kita sedang tidak baik-baik saja.,” kata Luky.

Meski tantangan tersebut terjadi di lokasi yang jauh dari Indonesia, seperti perang Rusia-Ukraina, dampaknya terasa ke Indonesia. Sebab kedua negara tersebut merupakan penghasil gas, minyak, serta gandum terbesar di dunia.

Perang membuat harga-harga komoditas tersebut naik. Tidak hanya di Eropa, namun seluruh dunia karena komoditas tersebut sudah menjadi komoditas global. Sejumlah bank sentral seperti The Fed kemudian merepson dengan menaikan suku bunga yang dapat merugikan Indonesia.

Menurut Luky, pertumbuhan ekonomi global pada kuartal ke II 2024 sangat bervariasi. Perekonomian AS dan Emerging Asia menunjukan resiliensi, sementara Eropa masih tumbuh sangat lemah.

Meski demikian, perekonomian domestik masih terjaga. Pertumbuhan ekonomi Indonesia masih stabil di kisaran 5% sejak kuartal 4 tahun 2021. Pertumbuhan tersebut didominasi oleh konsumsi rumah tangga dan bidang manufaktur. Menurut Luky, data-data makro ini dapat digunakan sebagai acuan dan peluang bagi ide-ide bisnis brilian.

Luky mengatakan, pusat ekonomi Indonesia masih terdapat di Pulau Jawa dengan presentasi Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 57,04%. Lalu diikuti oleh Sumatera dengan PDB sebesar 22.06%. Untuk meningkatkan ekonomi Indonesia, kata Luky, harus ada pusat ekonomi di daerah baru selain Jawa dan Sumatera.

Dengan inflasi yang menunjukan tingkat spending yang menurun, bisnis sekarang perlu diarahkan ke arah Fast Moving Consumer Goods (FMCG). Pertumbuhan ekonomi regional yang baik juga harus dapat ditingkatkan agar lebih inklusif sehingga dapat dinikmati oleh seluruh masyarakat Indonesia secara merata.

Technopreneur, kata Luky, bisa memanfaatkan potensi yang beragam dari sektor ekonomi daerah Indonesia. Apalagi, kata Luky, pemerintah mendukung technopreneur dengan pendanaan dari APBN, terutama di bidang pendidikan. LPDP dan pendanaan penelitian merupakan salah satu wujud aksi nyata pemerintah dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia Indonesia dalam bidang pendidikan.

Luky menambahkan, Indonesia berpeluang menuju Indonesia Emas 2045 alias negara berpenghasilan tinggi pada tahun tersebut. Indonesia merupakan salah satu negara yang sudah berhasil naik ke dalam kategori upper middle income country pada tahun 2022. Namun, Indonesia memiliki tujuan untuk keluar dari middle income trap dan mencapai Indonesia Emas di tahun 2045.

Untuk mencapai target tersebut diperlukan akselerasi pertumbuhan antara 6-7%. Ada tiga strategi menurut World Bank, yang dapat membuat negara-negara keluar dari middle income trap. Yaitu investment, infusion, dan innovation atau yang kerap disebut sebagai 3i. Strategi tersebut berfokus untuk memperkuat human capital agar dapat mendorong inovasi dalam ekonomi.

Strategi 3i tersebut kata Luky telah diselaraskan dengan kebijakan fiskal dan APBN. Kebijakan fiskal yang selaras dengan asta cita tersebut memiliki 3 kategori tujuan yaitu fokus kebijakan jangka pendek, strategi jangka menengah, dan tujuan jangka panjang yaitu Indonesia Emas 2045.

Kontributor: Giancarla Verlyn Ferdinan, SBM 2027