Investasi skala besar memerlukan analisis komprehensif agar keputusan yang dibuat tepat. Dan sebagaimana di sektor lain, perencanaan investasi di industri kilang minyak mencakup perencanaan proyek, analisis pasar, evaluasi resiko, serta penilaian ekonomi.
Demikian disampaikan Reizaldi Gustino, Direktur Utama PT Pertamina Rosneft Processing dan Petrokimia saat mengisi kuliah tamu Analisis Proyek Investasi Magister Administrasi Bisnis SBM ITB pada Senin (28/10). Di kelas tersebut, alumni Teknik Kimia ITB itu membawakan presentasi bertajuk “The Governance of Strategic Investments in the Oil Refinery and Petrochemical within PT Pertamina Rosneft Pengelahan dan Petrokimia”.
Menurut Reizaldi, proyek investasi yang dibagi menjadi dua jenis, yaitu pemeliharaan bisnis dan pertumbuhan bisnis. Investasi pemeliharaan bisnis untuk penggantian, kepatuhan regulasi, dan optimalisasi atau efisiensi. Sementara proyek pertumbuhan bisnis ditujukan untuk ekspansi, produk baru, pasar baru, dan akuisisi.
Reizaldi mengatakan, proyek kilang minyak di Indonesia dibutuhkan karena ada kesenjangan antara pasokan bahan bakar dan permintaan. Indonesia masih mengimpor sekitar 40% bahan bakarnya. Untuk mengurangi ketergantungan ini, perlu pembangunan kilang minyak baru dan revitalisasi kilang yang sudah ada.
Proyek GRR Tuban dikerjakan oleh perusahaan sendiri, merupakan inisiatif besar untuk membangun kilang minyak baru yang terintegrasi dengan kompleks petrokimia. Proyek ini bertujuan untuk mendukung Program Ketahanan Energi Nasional dan memperkuat industri petrokimia domestik dengan kapasitas pengolahan minyak mentah sebesar 300 kbpd dan total area sebesar 840 hektar.
Dalam sebuah investasi besar, kata Reizaldi, penting menguji studi kelayakan bankabilitas proyek. Hal ini mencakup identifikasi sumber pendanaan seperti ekuitas dan pinjaman, serta memanfaatkan informasi proyek melalui analisis pasar, ekonomi, dan kompetisi untuk mengembangkan struktur pendanaan yang optimal. Apalagi sejak 2017, proyek minyak dan gas lebih menekankan pada proyek “green” karena kesadaran lingkungan dan tantangan geopolitik.
Proses investasi di Pertamina, menurut Reizaldi, dimulai dari fase inisiasi yang mencakup identifikasi masalah bisnis, Studi Kelayakan Berkeuangan (BFS), BED, hingga Desain Teknik Pendahuluan. Analisis pasar kemudian merupakan tahap penting dalam pengambilan keputusan, melibatkan penilaian situasi pasar dalam negeri, regional, dan global, serta memprediksi tren bahan baku, produk, dan harga komoditas untuk optimisasi desain dan evaluasi ekonomi. Data tentang produksi minyak mentah global menyoroti pentingnya mempertimbangkan ketersediaan bahan baku dan keberlanjutan operasi di masa depan.
Sementara dalam analisis ekonomi, parameter yang digunakan biasanya Biaya Modal Rata-rata Terbobol (WACC) dan Tingkat Pengembalian Internal (IRR). Ini untuk menetapkan target keuangan yang realistis, membantu mengidentifikasi proyek yang layak dikembangkan. Tak lupa Reizaldi menekankan pentingnya penilaian risiko, yang meliputi risiko operasional, pasar, dan regulasi.