SBM ITB terus berinovasi dalam meningkatkan kualitas pendidikan. Salah satunya dengan mengadopsi metode case-based teaching yang telah teruji efektivitasnya di Harvard Business School. Metode ini mendorong mahasiswa untuk aktif menganalisis dan memecahkan permasalahan bisnis nyata melalui studi kasus, menjadikan proses belajar lebih menarik dan relevan.
Di kelas, mahasiswa bukan lagi jadi pendengar pasif. Mereka berperan sebagai konsultan yang menilai situasi bisnis, mengidentifikasi permasalahan, dan merumuskan solusi. Diskusi dinamis dan studi kasus yang menantang mengembangkan kemampuan berpikir kritis, analitis, dan strategis. Inilah esensi case-based teaching yang kini diterapkan di SBM ITB.
Untuk mengimplementasikan metode ini secara efektif, SBM ITB menyelenggarakan pelatihan case-based teaching bagi para dosen. Leo Aldianto, dosen SBM ITB yang baru saja menyelesaikan pelatihan serupa di Harvard Business School (15-16 Agustus 2024), ditunjuk sebagai pemateri. Pelatihan ini membekali dosen dengan pengetahuan dan pengalaman praktis dalam mengembangkan serta memfasilitasi pembelajaran studi kasus. Harvard Business School (August 15–16, 2024), has been appointed the lead trainer.
“Metode ini menuntut mahasiswa memahami situasi bisnis, membuat penilaian tajam, dan mengusulkan solusi tepat atas permasalahan bisnis,” jelas Leo. Ia menekankan pentingnya memilih studi kasus yang relevan dengan kondisi bisnis di Indonesia, misalnya strategi bisnis dalam menghadapi persaingan global dan tantangan inovasi. “Mahasiswa harus mampu menghubungkan konsep dengan realita,” tegasnya.
Pembelajaran berbasis kasus diharapkan dapat membekali mahasiswa dengan tujuh meta-skills, yaitu: preparation, discernment, bias recognition, judgment, collaboration, curiosity, dan self-confidence. Ketujuh meta-skills ini akan membantu mahasiswa belajar cepat, beradaptasi dengan perubahan, dan berkembang di masyarakat modern. “Mahasiswa akan terbiasa berpikir kritis, menyampaikan argumen logis, dan bekerja sama dalam tim,” tambah Leo.
SBM ITB menyadari perlunya adaptasi dengan konteks lokal. “Meningkatkan kesadaran tentang esensi case-based teaching di kalangan mahasiswa dan dosen, serta mempersiapkan dosen dan mahasiswa melalui rencana pengajaran dan memastikan mereka membaca kasus dan teorinya, sangatlah penting,” ujar Leo. “Selain itu, pemanfaatan semua sumber daya yang diperlukan seperti papan tulis, asisten pengajar, dan peralatan lainnya untuk memfasilitasi diskusi kasus yang efektif juga krusial.”
Leo optimis, case-based teaching akan terintegrasi dalam proses pembelajaran di SBM ITB dan mencetak lulusan yang mampu menerapkan pengetahuan teori dalam dunia bisnis. “Indikator keberhasilannya adalah peningkatan meta-skills mahasiswa, kemampuan menganalisis informasi, menghubungkan masalah bisnis dengan teori, dan menentukan solusi tepat,” pungkasnya. Keberhasilan metode ini akan diukur dari kemampuan lulusan SBM ITB dalam memecahkan masalah bisnis di dunia nyata saat mereka memasuki dunia kerja.
Dengan semangat inovasi, SBM ITB siap mengubah wajah pendidikan bisnis di Indonesia dan mencetak lulusan berkualitas serta berdaya saing tinggi yang mampu berkontribusi pada perkembangan bisnis di Indonesia dan dunia.