Senior Market Access & Public Affairs Manager Novo Nordisk Indonesia, Bunga Ichsan Lestarie, mengatakan komunikasi dalam manajemen proyek sangat penting, terutama untuk proyek-proyek yang melibatkan banyak orang dan pemangku kepentingan. Menurutnya, komunikasi yang efektif merupakan dasar utama dalam menjaga koordinasi tim dan mengurangi kemungkinan terjadinya kesalahpahaman.
“Jika kamu punya big project dengan big scope dan melibatkan banyak orang dan stakeholder, komunikasi adalah hal yang critical,” kata Bunga saat mengisi seminar Expert Talk bertajuk “Project Management” di Auditorium Nemangkawi, Gedung Freeport Sekolah Bisnis Manajemen ITB pada Selasa (12/11).
Menurut Bunga, keberhasilan proyek sangat bergantung pada komunikasi yang terstruktur dan konsisten. Bunga membagikan pengalamannya mengenai kompleksitas manajemen proyek di perusahaan multinasional seperti Novo Nordisk, perusahaan layanan kesehatan global yang berbasis di Denmark.
Selain komunikasi, kata Bunga, penting untuk memilih metode manajemen proyek yang tepat. Seperti metode Gantt Chart dan PERT Chart.
Menurutnya, Gantt Chart sangat efektif digunakan dalam fase eksekusi karena memberikan gambaran detail tentang timeline proyek. Sementara PERT Chart lebih sesuai untuk fase perencanaan, khususnya dalam mengidentifikasi langkah-langkah menuju target proyek.
Bunga juga menjelaskan metode Waterfall dan Agile, dua pendekatan yang sering digunakan dalam manajemen proyek. Waterfall, menurut Bunga, lebih cocok untuk proyek linier dan regulatif. Sedangkan Agile lebih sesuai untuk proyek yang dinamis dan memerlukan adaptasi cepat, terutama yang melibatkan berbagai kebutuhan dari beragam pemangku kepentingan.
Sebagai contoh nyata, Bunga membahas proyek besar di Novo Nordisk Indonesia yang melibatkan investasi lebih dari Rp 20 miliar. Proyek ini memiliki tantangan tersendiri karena birokrasi di Indonesia yang cukup kompleks, terutama dalam sistem kesehatan primer di pedesaan. Dengan pendekatan Agile Project Management, Novo Nordisk mampu menyesuaikan strategi untuk menangani hambatan tersebut, menunjukkan fleksibilitas yang dibutuhkan dalam manajemen proyek di lingkungan yang serba cepat dan penuh tantangan.
Salah satu inisiatif menarik dari Novo Nordisk menurut Bunga adalah Affordability Project, yang bertujuan untuk memperluas akses kesehatan bagi masyarakat rentan di pedesaan. Proyek ini berhasil melatih 920 kader kesehatan dan melakukan pemeriksaan kepada lebih dari 278.000 orang, termasuk 9.495 orang yang terdiagnosis diabetes tipe 2 dan kini mendapatkan perawatan komprehensif. Inisiatif ini mencerminkan komitmen perusahaan untuk menciptakan dampak sosial yang nyata dan berkelanjutan di Indonesia.
Dalam setiap proyek, pengelolaan risiko menjadi elemen penting yang tak bisa diabaikan. Bunga menjelaskan bahwa risiko harus diidentifikasi sejak awal dengan mempertimbangkan pandangan dari semua pemangku kepentingan, sebab “risiko dari satu stakeholder bisa memengaruhi banyak aspek di perusahaan dan berdampak pada hubungan dengan stakeholder lainnya.” Di Novo Nordisk, kata Bunga, risiko dikelola dengan hati-hati untuk memastikan proyek memiliki nilai jangka panjang meskipun menghadapi tantangan pasar atau persaingan yang mungkin muncul di kemudian hari.
Pada akhir seminar, Novo Nordisk membuka kesempatan bagi mahasiswa ITB untuk mengikuti Graduate Programme – International Operations Tracks, yang menawarkan pengalaman rotasi internasional di berbagai negara, mulai dari Indonesia, dilanjutkan di Swiss atau negara lainnya, dan berakhir di kantor pusat Novo Nordisk di Denmark. Program ini memberikan pelatihan khusus, pengalaman kerja internasional, dan peluang jaringan global yang dapat menunjang karier.