Transformasi digital bukan sekadar soal teknologi. Ini tentang mendefinisi ulang alur kerja, proses, dan pengalaman pelanggan. Di Bahasa Kita, transformasi digital mengubah cara organisasi beroperasi, dengan menekankan pentingnya integrasi teknologi ke dalam setiap aspek bisnis. Transformasi ini tercermin dalam pengembangan alat canggih seperti pengenalan suara, konversi teks-ke-suara, dan terjemahan waktu nyata.

Demikian kata Oskar Riandi, CEO Bahasa Kita, saat mengisi kuliah tamu Digital Business and Transformation bagi mahasiswa program Executive MBA di Sekolah Bisnis Manajemen Institut Teknologi Bandung pada Sabtu (23/11). Dengan pengalaman lebih dari 25 tahun dalam teknologi pemrosesan suara dan bahasa alami (NLP), Oskar telah merevolusi industri ini melalui solusi inovatif yang dirancang khusus untuk bahasa Indonesia. Perusahaannya, Bahasa Kita, mengembangkan alat berbasis AI yang mampu mengatasi hambatan komunikasi dan meningkatkan pengalaman pengguna. 

Dalam kuliah tersebut Oskar membahas tema-tema penting seperti transformasi digital, bisnis digital, dan inovasi, sekaligus memberikan wawasan kepada mahasiswa tentang masa depan teknologi yang penuh peluang. Oskar membagikan contoh bagaimana Bahasa Kita memanfaatkan transformasi digital. Kecerdasan Buatan (AI) digunakan untuk mengotomatisasi transkripsi dan terjemahan dengan akurasi tinggi. Komputasi Awan (Cloud Computing) untuk menyimpan dan memproses data linguistik dalam jumlah besar secara aman dan efisien. 
 
Sementara itu, Analitik Big Data digunakan untuk memanfaatkan wawasan guna meningkatkan kinerja produk dan kepuasan pengguna. Transformasi digital Bahasa Kita, kata Oskar, memastikan solusi yang tidak hanya memenuhi kebutuhan saat ini tetapi juga mengantisipasi tantangan masa depan dalam teknologi komunikasi.
 
Bisnis digital menurut Oskar, harus berfokus pada pemanfaatan teknologi untuk menyederhanakan operasi dan meningkatkan pengalaman pelanggan. Bagi Bahasa Kita, ini berarti mengintegrasikan AI tercanggih ke dalam produknya untuk melayani klien dari sektor pemerintah hingga swasta, termasuk bank, media, dan penyedia layanan pelanggan.
 
Menurut Oskar, penerapan bisnis digital telah membantu Bahasa Kita mencapai skalabilitas, yaitu menyesuaikan layanan secara cepat untuk memenuhi permintaan pelanggan yang terus meningkat; fleksibilitas, yaitu berinovasi dalam produk untuk memenuhi berbagai kebutuhan pengguna, seperti teks-ke-suara waktu nyata untuk acara langsung; dan mencapai keputusan berbasis data, menggunakan analitik untuk menyempurnakan produk dan mengoptimalkan keterlibatan pelanggan.
 
Oskar menekankan, adopsi praktik bisnis digital adalah kunci untuk tetap kompetitif di pasar yang bergerak cepat. Menurut Oskar, Bahasa Kita menonjol karena mampu memadukan keahlian teknologi dengan relevansi budaya. Dengan misi menciptakan sistem pemrosesan suara terbaik untuk Bahasa Indonesia, perusahaan ini mengembangkan produk yang menjembatani kesenjangan komunikasi dan mendorong inklusivitas.
 
Oskar selanjutnya memperkenalkan beberapa inovasi unggulan perusahaannya. Di antaranya adalah Penerjemahan Suara-ke-Suara, yaitu emungkinkan pengguna berbicara dalam satu bahasa dan dipahami dalam bahasa lain, mendorong komunikasi lintas budaya yang mulus dan Transkripsi Otomatis, menawarkan alat presisi tinggi untuk institusi pemerintah dan media, seperti dalam debat presiden.
 
Kuliah tamu ini meninggalkan kesan mendalam bagi para mahasiswa, mendorong mereka untuk mengeksplorasi bagaimana transformasi digital, praktik bisnis digital, dan inovasi dapat mendefinisi ulang industri. Sebagaimana ditunjukkan oleh Bahasa Kita, startup yang mengadopsi elemen-elemen ini tidak hanya bertahan, tetapi juga berkembang di tengah persaingan ketat. Sesi ini menjadi pengingat bahwa inovasi bukan sekadar jargon, melainkan alat yang kuat untuk menciptakan dampak bermakna bagi masyarakat.
 

Kontributor: Lavena Laduri, MBA YP 2024