Perwakilan SBM ITB bertemu dengan perwakilan University of Applied Sciences Northwestern Switzerland (FHNW) di Bandung pada Kamis (5/12), membahas peluang kerja sama internasional dan pengembangan Swiss Innovation Challenge (SIC) yang diharapkan bisa memberikan dampak lebih luas bagi masyarakat Indonesia. Kolaborasi ini akan menggandeng Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas), universitas terkemuka, dan lembaga riset di Indonesia untuk memperkuat ekosistem inovasi nasional.
Dalam pertemuan bersama Bappenas dan mitra dari Swiss Innovation Challenge tersebut, tercetus komitmen lintas sektor untuk menciptakan ekosistem yang mendukung pengembangan inovasi di Indonesia. Bappenas menekankan pentingnya sinergi antara universitas seperti ITB, lembaga riset seperti BRIN, serta kementerian terkait, termasuk Kementerian Pendidikan dan Pembangunan Nasional, guna mendorong pertumbuhan ekonomi berbasis inovasi di tingkat nasional. Program ini dirancang agar setiap peserta dapat terus berkembang melalui pembinaan berkelanjutan dengan dukungan alumni, mentor, dan komunitas startup global.
Model kolaborasi lintas negara ini mencakup Indonesia, Malaysia, dan Vietnam. Langkah ini bertujuan untuk memperkuat jaringan startup di Asia Tenggara, meningkatkan akses ke sumber daya seperti dana abadi, investor malaikat, serta keterlibatan alumni universitas.
Pertemuan tersebut juga membahas berbagai program keberlanjutan SBM ITB yang berfokus pada Entrepreneurship for the Vulnerable seperti Circular Sukaraja dan Teras Hijau di Dago, UN Desa, dan Amarta Fintech yang berfokus pada pemberdayaan kelompok rentan, termasuk perempuan, pemuda, penyandang disabilitas, dan lansia.
Dalam kesempatan tersebut, Prof. Fenny Martha Dwivany dari SITH ITB mempresentasikan penelitian terkait konsep Banana Village di Bali. Ia menjelaskan bahwa konsep yang dikembangkan dalam penelitian ini dapat diterapkan pada proyek Bali Smart Village, sebuah inisiatif besar untuk memanfaatkan produk buah pisang lokal. Selain itu, proyek ini juga berpotensi untuk diperluas ke wilayah lain, seperti Maluku.
“Proyek ini telah memiliki dasar implementasi yang kuat dan kontribusi yang signifikan, sehingga diharapkan dapat menarik pendanaan pihak ketiga,” ujar Prof. Dr. Mahmoed Al-Kilani, guru besar kewirausahaan internasional di FHNW.
FHNW juga menyatakan komitmennya untuk menghubungkan SBM ITB dengan peneliti-peneliti terkait di institusi mereka guna mengembangkan proyek ini lebih lanjut. Selain itu, kedua pihak juga membahas rencana kerja sama program magang (internship), double degree pada jenjang MBA, kuliah tamu, pengembangan program keberlanjutan, dan proyek penelitian bersama.
Pertemuan tersebut diantaranya diikuti oleh Dekan SBM Prof. Ignatius Pulung Nurprasetio, Kepala Komunikasi dan Hubungan Alumni Dr. Nurlaela Arief, Kepala International Relations Ira Fachira, Ph.D., dan anggota People and Knowledge Management Interest Group, including Andika Putra Pratama, Ph.D., dan Melia Famiola Hariadi, Ph.D., dengan spesialisasi ESG . Serta International Swiss Innovation Challenge ASEAN Project Officer Dr. Leo Aldianto dan Dr. Isti Raafaldini Mirzanti, Hadir juga sebagai Ketua Pelaksana SIC ASEAN 2024 Dr. Prawira Fajarindra Belgiawan dan berbagai perwakilan dari lembaga lainnya.
Sinergi SBM ITB dan FHNW diharapkan dapat mempercepat pengembangan program-program inovatif dengan dampak positif di tingkat nasional maupun global.